Senin, 09 November 2015

KB ALAMIAH DENGAN SISTEM KALENDER DAN SUHU BASAL



MAKALAH SISTEM REPRODUKSI
KB ALAMIAH DENGAN SISTEM KALENDER DAN SUHU BASAL




DISUSUN OLEH :
1.      AULIA NANDA .P               (201202009)
2.      KRISTIAN MAHA WIRA (201202026)
3.      NUR RAHMAT .R               (201202039)
4.      SRI SULISTYA                     (201202053)





PRODI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN AJARAN 2015/2016

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya dan juga sholawat serta salam atas junjungan nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW sehingga kami dari kelompok satu dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul KB ALAMIAH DENGAN SISTEM KALENDER DAN SUHU BASAL’’ sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh dosen. Alhamdullilah atas usaha keras kami makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berisi tentang penjelasan mengenai teori tentang definisi serta penghitungan kb dengan menggunnakan metode alamiah maupun suhu basal.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari usaha dan kerja keras dari kelompok satu. Dengan kerjasama yang baik akhirnya makalah ini selesai sesuai yang diharapkan. Juga pihak yang terkait lainnya yaitu dosen pembimbing yang memberi arahan pada kami agar dapat terselesaikannya makalah ini dengan baik dan benar. Semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna untuk kami serta memberi pengetahuan luas bagi yang membaca.  Sebagai manusia kami mungkin mempunyai banyak kekurangan termasuk dalam membuat makalah ini. Kritik dan salam kami tunggu untuk lebih sempurnanya makalah ini. Atas perhatian kami ucapkan terima kasih


Penulis


        Kelompok I



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................................  1
KATA PENGANTAR           ..................................................................................................  2
DAFTAR ISI  ..........................................................................................................................  3
BAB I : PENDAHULUAN   ..................................................................................................  4
1.1  Latar Belakang Masalah   ......................................................................................  4
1.2  Rumusan Masalah ..................................................................................................  4
1.3  Tujuan       ..............................................................................................................  5
1.4  Manfaat     ..............................................................................................................  5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA     ......................................................................................  6
            2.1 Metode Kalender  ..................................................................................................  6
            2.2 Metode Suhu Basal   ............................................................................................  11
BAB IV : PENUTUP ............................................................................................................  15
            3.1 Kesimpulan   ........................................................................................................  15
            3.2 Saran   ..................................................................................................................  15
DAFTAR PUSTAKA            ............................................................................................................  16











BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia meningkat dengan cukup cepat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk pada tahun 1971 yang berjumlah 118.000.000 jiwa meningkat dengan pesat menjadi 220.000.000 jiwa pada tahun 2005. Walaupun memiliki jumlah penduduk yang besar akan tetapi kualitas penduduk Indonesia masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari Human Development Index (HDI) di mana Indonesia hanya berada pada rangking 108 dari 177 negara.
Dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk, pemerintah menerapkan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 1970 dimana tujuannya untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian ibu, bayi, dan anak, serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas, (Dyah, 2009).
Berdasarkan laporan SDKI 2012, pemakaian jenis kontrasepsi di Indonesia adalah kontrasepsi suntik (31,9%), pil (13,6%), Intra Uterine Devices (IUD) (3,9%), implant (3,3%), MOW (3,2%), MOP sebesar (0,2%), cara tradisional (4,0%) dimana pantang berkala (1,3%), metode senggama terputus (2,3%), dan lainnya (0,4%).
Pemakaian alat kontrasepsi pada wanita kawin kelompok  umur 15-19 tahun  dan 45-49 tahun lebih rendah dibandingkan mereka yang berumur 20-44 tahun. Wanita  muda cenderung  untuk memakai alat kontrasepsi modern jangka pendek seperti suntikan dan pil KB, sementara mereka yang lebih tua cenderung  untuk memakai kontrasepsi jangka panjang seperti IUD dan sterilisasi wanita, (SDKI, 2012).

1.2  Rumusan Masalah
1.      Jelaskan definisi KB dengan Metode Kalender ?
2.      Jelaskan cara menghitung  KB dengan Metode Kalender dan Suhu Basal ?
3.      Jelaskan keuntungan KB dengan Metode Kalender dan Suhu Basal ?
4.      Jelaskan kerugian KB dengan Metode Kalender ?
5.      Jelaskan efektifitas KB dengan Metode Kalender dan Suhu Basal ?
6.      Jelaskan indikasi KB dengan Metode Kalender ?
7.      Jelaskan kontraindikasi KB dengan Metode Kalender ?
8.      Jelaskan memerlukan konseling KB dengan Metode Kalender ?
9.      Jelaskan intruksi khusus KB dengan Suhu Basal ?
10.  Jelaskan factor-faktor KB dengan Suhu Basal ?

1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Maternitas keperawatan mengetahui tentang kontrasepsi sederhana khususnya metode Kalender dan metode suhu basal.
1.3.2        Tujuan Khusus
1.      Dapat mengetahui tentang pengertian KB metode kalender dan metode suhu basal
2.      Dapat mengetahui tentang keuntungan dan keterbatasan KB metode kalender dan metode suhu basal
3.      Dapat memberikan asuhan pada ibu akseptor KB

1.4  Manfaat
1.      Mengetahui definisi KB dengan Metode Kalender
2.      Mengetahui cara menghitung  KB dengan Metode Kalender dan Suhu Basal
3.      Mengetahui keuntungan KB dengan Metode Kalender dan Suhu Basal
4.      Mengetahui kerugian KB dengan Metode Kalender
5.      Mengetahui efektifitas KB dengan Metode Kalender dan Suhu Basal
6.      Mengetahui indikasi KB dengan Metode Kalender
7.      Mengetahui kontraindikasi KB dengan Metode Kalender
8.      Mengetahui memerlukan konseling KB dengan Metode Kalender
9.      Mengetahui intruksi khusus KB dengan Suhu Basal
10.  Mengetahui factor-faktor KB dengan Suhu Basal








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Metode Kalender
a.      Definisi
Metode kalender adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama pada masa subur. Menentukan waktu ovulasi dari data yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir.
Tahun 1930 Kyusaku Ogino di Jepang dan Herman Knaus di Austria, yang bekerja sendiri - sendiri, menemukan bahwa :
§  Ogino : Ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-15 sebelum haid berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16 sebelum haid yang akan datang
§  Knaus : Ovulasi selalu terjadi pada hari ke-15 sebelum haid yang akan datang.
Problem terbesar dengan metode kalender adalah bahwa jarang ada wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap 28 hari. Metode ini memerlukan sistem menstruasi yang teratur sehingga dapat memperhitungkan masa subur untuk menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seks. Dengan ditemukannya sistem masa subur oleh ogino-knaus, metode pantang berkala makin dikenal masyarakat.Perawat dapat membantu masyarakat untuk menghitung kapan masa subur terjadi sehingga dapat menghindari kehamilan. Sistem pantang berkala akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan pemakaian kondom keberhasilan pantang berkala kombinasi dengan kondom mendekati 100%.
b.      Cara Menghitung Masa Subur dengan Sistem Kalender
Prinsip kerja metode kalender ini berpedoman kepada kenyataan bahwa wanita dalam siklus haidnya mengalami ovulasi (subur) hanya satu kali sebulan, dan biasanya terjadi beberapa hari sebelum atau sesudah hari ke-14 dari haid yang akan datang. Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Siklus haid pada tiap wanita tidak sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi. Berikut ini cara mengetahui dan menghitung masa subur:
Kalkulasi masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi :
a)      Ovulasi terjadi pada hari ke-14 tambah kurang 2 hari sebelum permulaan haid berikutnya.
b)     Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari
c)      Ovum hidup selama 24 jam
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah dicatat.
Menghitung masa subur dengan siklus haid dan melakukan pantang berkala atau lebih dikenal dengan sistem kalender merupakan salah satu cara atau metode kontrasepsi alami (Kb alami) dan sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan cara tidak melakukan sanggama pada masa subur.Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus mengetahui masa subur.
Siklus masa subur pada tiap wanita tidak sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi.
Berikut ini cara mengetahui dan menghitung masa subur:
1.      Bila siklus haid teratur (28 hari) :
·         Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1.
·         Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid

Contoh:
Seorang isteri mendapat haid mulai tanggal 9 Januari. Tanggal 9 Januari ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 januari dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Januari. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Januari hingga tanggal 24 Januari. Pada tanggal-tanggal tersebut suami isteri tidak boleh bersanggama. Jika ingin bersanggama harus memakai kondom atau sanggama terputus (senggama dimana tidak mengeluarkan sperma didalam).

2.      Bila siklus haid tidak teratur :
·         Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus). Satu siklus haid dihitung mulai dari hari pertama haid saat ini hingga hari pertama haid berikutnya, catat panjang pendeknya.
·         Masukan dalam rumus; jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur.
·         Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Contoh :
Seorang  isteri mendapat haid dengan keadaan : siklus terpendek 26 hari dan siklus terpanjang 32 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya)
Perhitungannya : 26-18 = 8 dan 32–11 = 21. Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-8 sampai ke 21 dari hari pertama haid. Pada masa ini suami isteri tidak boleh bersanggama. Bila ingin bersanggama harus memakai kondom atau sanggama terputus.
c.       Keuntungan Metode Kalender
a)      Ditinjau dari segi ekonomi : KB kalender dilakukan secara alami dan tanpa biaya sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli alat kontrasepsi.
b)      Dari segi kesehatan : sistem kalender ini jelas jauh lebih sehat karena bisa dihindari adanya efek sampingan yang merugikan seperti halnya memakai alat kontrasepsi lainnya (terutama yang berupa obat).
c)      Dari segi psikologis : yaitu sistem kalender ini tidak mengurangi kenikmatan hubungan itu sendiri seperti bila memakai kondom misalnya. Meski tentu saja dilain pihak dituntut kontrol diri dari pasangan untuk ketat berpantang selama masa subur.

d.      Kerugian Metode Kalender
Kemungkinan kegagalan yang jauh lebih tinggi. Ini terutama bila tidak dilakukan pengamatan yang mendalam untuk mengetahui dengan pasti masa subur, karena tidak ada yang bisa menjamin ketepatan perhitungan sebab masa suburpun terjadi secara alami, selain itu kedua pasangan tidak bisa menikmati hubungan suami istri secara bebas karena ada aturan yang ditetapkan dalam sistem ini. Masa berpantang yang cukup lama dapat membuat pasangan tidak bisa menanti dan melakukan hubungan pada waktu berpantang.
Kerugian lain dari KB kalender adalah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk ditentukan, ovulasi umumnya terjadi 14 ±2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Dengan demikian pada wanita dengan haid yang tidak teratur, saat terjadi ovulasi, sulit atau sama sekali tidak dapat diperhitungkan. Selain itu, ada kemungkinan bahwa pada wanita dengan haid teratur oleh salah satu sebab (misalnya karena sakit) ovulasi tidak datang pada saat semestinya.

e.       Efektifitas
Efektifitasnya bergantung pada keikhlasan mengikuti petunjuk, angka kegagalan 1-25 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan, (Handayani, 2010).
v  Intruksi/ cara penggunaan metode kalender :
§  Menurut Handayani (2010), seorang wanita menentukan masa suburnya dengan:
a)      Mengurang 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan awal masa subur nya. Asal angka 18=14+2+2 hari hidup spermatoza
b)      Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang untuk menentukan akhir dari masa suburnya. Asal angka 11+14-2-1 hari hidup ovum

§  Kalkulasi masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi (Handayani, 2010):
a.       Ovulasi terjadi pada hari ke-14 tambah kurang 2 hari sebelum permulaan haid berikutnya
b.      Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari
c.       Ovum hidup selam 24 jam

Contoh perhitungan masa subur dengan metode kalender:
Ny. A menyatakan telah mengamati siklus haidnya selama 8 bulan dan didapatkan data bahwa siklus haid terpendeknya 25 hari dan siklus terpanjangnya 30 hari. Hitung perkiraan masa subur yang di alami oleh Ny A.

Jawab :
Hari pertama persangkaan
Masa subur  = siklus terpendek – 18
= 25 – 18
= 7
Hari terakhir persangkaan
Masa subur = siklus terpanjang – 11
= 30 – 11
= 19
Jadi Ny A harus abstinen/tidak melakukan hubungan seksual pada hari ke-7 sampai dengan hari 19 dari siklus mentrurasi.
f.       Siapa yang bisa menggunakan/indikasi, (Handayani, 2010)
Wanita/pasangan :
a)      Dari semua usia subur
b)      Dari semua paritas, termasuk wanita nullipara
c)      Yang oleh karena alasan religius atau filosofis tidak bisa menggunakan metode lain
d)     Tidak bisa memakai metode lain
e)      Bersedia menahan nafsu birahi lebih dari seminggu setiap siklus
f)       Bersedia dan terdorong untuk mengamati, mencatat dan menginterpresikan tidak menggunakan/kontra indikasi

g.      Siapa yang seharusnya tidak menggunakan/kontra indikasi, (Handayani, 2010)
a.       Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi
b.      Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus) kecuali MOB
c.       Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur
d.      Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama (berpantang) selama waktu tertentu dalam siklus haid
e.       Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genetalianya

h.      Yang mungkin memerlukan konseling tambahan wanita, (Handayani, 2010)
a.       Yang karena masalah umur, paritas atau kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu hal yang beresiko tinggi
b.      Yang siklus haid nya tidak menentu
c.       Yang pasangannya tidak mau bekerjasama (menahan nafsu) selama saat-saat      tertentu dalam siklus tersebut

2.1  Metode Suhu Basal
a.      Definisi
            Sebagian Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
            Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, pervagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.

b.      Cara Kerja
            Hormon progresteron yang disekresi korpus luteum setelah ovulasi bersifat termogenik atau memproduksi panas, Ia dapat menaikan suhu tubuh 0,05 derajat celcius s/d 0,2 derajat celcius dan mempertahankannya pada tingkat ini sampai saat haid berikutnya. Peningkatan suhu tubuh ini disebut sebagai peningkatan termal, dan ini merupakan dasar dari metode Suhu Tubuh Basal (STB). 

c.       Instruksi Khusus
            Klien harus melakukan pengukuran yang akurat dengan termometer khusus agar dapat mendeteksi peningktan suhu yang kecil sekalipun. karena suhu tubuh bereaksi terhadap banyak rangsangan, termasuk penyakit, stres, dan gangguan tidur, interpretasi pola suhu tubuh memerlukan penilaian khusus. Klien harus menandai pada catatannya saat merasa tidak enak badan, dalam kondisi yang tidak seperti biasanya, atau stres

d.      Petunjuk Penggunaan
Pantang dimulai pada hari pertama haid dan diakhiri saat diterapkan aturan peningkatan termal. Untuk menerapkan aturan peningkatan termal, harus diambil langkah-langkah sebagai berikut:
a)      Selama siklus haid, klien mengukur suhu tubuhnya setiap pagi sebelum bangun dari tempat tidur(kira-kira pada waktu yang sama) dan mencatat suhu tubuhnya pada lembar catatan yang disediakan.
b)      Dengan menggunakan pencatatan suhu tubuh pada lembar tersebut, ia mengidentifikasi suhu tertinggi dari suhu normal, rendah (suhu tubuh harian yang dicatat dengan pola khusus tanpa adanya kondisi yang luar biasa) selama 10 hari pertama dari siklus haid, dengan mengesampingkan suhu tubuh tinggi yang abnormal akibat demam atau gangguan lainnya
c)      Tariklah sebuah garis 0,05 derajat celcius diatas suhu tertinggi dari 10 suhu tersebut diatas. Garis ini disebut sebagai garis penutup atau atau garis suhu .
d)     Tunggu 3 hari dari suhu yang lebih tinggi untuk memulai senggama. Fase tidak subur dimulai pada malam ke 3 hari berturut-turut dengan suhu diatas garis suhu.
e)      Bila salah satu dari ketiga suhu tubuh tersebut turun atau dibawah garis suhu selama 3 hari perhitungan. ini mungkin tanda ovulasi belum terjadi. Jadi klien harus menunggu selama 3 hari penghitungan. ini mungkin tanda ovulasi belum terjadi. jadi klien harus menunggu sampai didapat 3 hari berturut-turut dengan suhu tubuh diatas garis suhu sebelum memulai senggama.
f)       Setelah fase tidak subur dimulai, klien tidak perlu lagi mencatat suhu tubuh. Ia dapat berhenti mencatat sampai siklus haid berikutnya.

e.       Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Suhu Badan Basal
·         Influenza atau infeksi traktus respiratorius lain.
·         Infeksi/ penyakit- penyakit lain yang meninggikan suhu badan
·         Inflamasi lokal lidah, mulut atau daerah anus.
·         Faktor- faktor situasional seperti mimpi buruk
·         Jam tidur yang ireguler
·         Pemakaian minuman panas atau dingin sebelum pengambilan suhu badan basal
·         Pemakaian selimut elektris
·         Kegagalan membaca termometer dengan tepat/baik

f.       Keuntungan  Metode Suhu Basal
Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:
·         Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa subur/ovulasi.
·         Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa subur/ovulasi.
·         Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil.
·         Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
·         Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.

g.      Keterbatasan
Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut:
·         Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
·         Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
·         Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakitgangguan tidur, merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
·         Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
·         Tidak mendeteksi awal masa subur.
·         Membutuhkan masa pantang yang lama.

h.      Efektifitas
            Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saatovulasi. Tingkat keefektian metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100wanita per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun.
            Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti kondomspermisida ataupun metode  kalender atau pantang berkala (calender method or periodic abstinence).





























BAB III
PENUTUP


a.       Kesimpulan
Kehamilan Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan masa subur  dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi pada hari ke 8-9 siklus menturasinya, (Handayani, 2010).
Metode suhu basal adalah suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengukur suhu tubuh untuk mengetahui suhu tubuh basal, untuk menentukan masa ovulasi, (Handayani, 2010).
Suhu basal badan adalah suhu dasar badan anda, yaitu suhu saat sedang istirahat dan tidak mempunyai banyak tekanan. Perubahan suhu basal badan wanita dalam satu siklus menstruasi akan membentuk pola tertentu apabila di catat dengan baik. Dalam keadaan normal (sebelum dan sesudah ovulasi). Suhu basal badan mengalami perubahan yang menetap dan berulang. Dengan melakukan pencatatan suhu setiap hari, titik-titik itu bisa kita hubungkan hingga membentuk gambar kurva atau gravik yang khas, (Cahyono, 2008).

b.      Saran
            Sebaiknya wanita yang sedang memeriksa kehamilan melakukan pemeriksaan kehamilannya ke fasilitas kesehatan, untuk mengetahui keadaan kehamilan. Dengan dilakukannya pemeriksaan kehamilan, dapat mengetahui kehamilan secara pasti.










DAFTAR PUSTAKA


Everett, Suzanne. 2004. BUku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta : EGC. Sifudin, Abdul Bari. 2006.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wiknjosastro, Hanifa. 2006.
.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wiknjosastro, Hanifa. 2006.
Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo