MAKALAH SISTEM
REPRODUKSI
KB ALAMIAH DENGAN SISTEM KALENDER
DAN SUHU BASAL
DISUSUN OLEH :
1.
AULIA
NANDA .P (201202009)
2.
KRISTIAN
MAHA WIRA
(201202026)
3.
NUR
RAHMAT .R (201202039)
4.
SRI
SULISTYA (201202053)
PRODI
SI KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI
HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN
AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayahNya
dan juga sholawat serta salam atas junjungan nabi besar kita yaitu Nabi
Muhammad SAW sehingga kami dari kelompok satu
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul “KB ALAMIAH DENGAN SISTEM KALENDER
DAN SUHU BASAL’’ sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh dosen.
Alhamdullilah atas usaha keras kami makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini berisi tentang penjelasan mengenai teori tentang definisi serta penghitungan kb dengan menggunnakan metode
alamiah maupun suhu basal.
Selesainya
makalah ini tidak terlepas dari usaha dan kerja keras dari kelompok satu. Dengan kerjasama yang
baik akhirnya makalah ini selesai sesuai yang diharapkan. Juga pihak yang
terkait lainnya yaitu dosen pembimbing yang memberi arahan pada kami agar dapat
terselesaikannya makalah ini dengan baik dan benar. Semoga makalah yang
sederhana ini dapat berguna untuk kami serta memberi pengetahuan luas bagi yang
membaca. Sebagai manusia kami mungkin
mempunyai banyak kekurangan termasuk dalam membuat makalah ini. Kritik dan
salam kami tunggu untuk lebih sempurnanya makalah ini. Atas perhatian kami
ucapkan terima kasih
Penulis
Kelompok I
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2
DAFTAR
ISI .......................................................................................................................... 3
BAB I :
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar
Belakang Masalah ...................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 5
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 5
BAB II :
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 6
2.1 Metode Kalender .................................................................................................. 6
2.2 Metode Suhu Basal ............................................................................................ 11
2.2 Metode Suhu Basal ............................................................................................ 11
BAB IV : PENUTUP ............................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 15
3.2 Saran .................................................................................................................. 15
3.2 Saran .................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia meningkat dengan
cukup cepat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk pada tahun 1971 yang
berjumlah 118.000.000 jiwa meningkat dengan pesat menjadi 220.000.000 jiwa pada
tahun 2005. Walaupun memiliki jumlah penduduk yang besar akan tetapi kualitas
penduduk Indonesia masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari Human
Development Index (HDI) di mana Indonesia hanya berada pada rangking 108
dari 177 negara.
Dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk,
pemerintah menerapkan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 1970 dimana
tujuannya untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian ibu, bayi,
dan anak, serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka
membangun keluarga kecil berkualitas, (Dyah, 2009).
Berdasarkan laporan SDKI 2012, pemakaian jenis
kontrasepsi di Indonesia adalah kontrasepsi suntik (31,9%), pil (13,6%), Intra
Uterine Devices (IUD) (3,9%), implant (3,3%), MOW (3,2%), MOP sebesar (0,2%),
cara tradisional (4,0%) dimana pantang berkala (1,3%), metode senggama terputus
(2,3%), dan lainnya (0,4%).
Pemakaian alat kontrasepsi pada wanita kawin
kelompok umur 15-19 tahun dan 45-49 tahun lebih rendah dibandingkan
mereka yang berumur 20-44 tahun. Wanita muda cenderung untuk
memakai alat kontrasepsi modern jangka pendek seperti suntikan dan pil KB,
sementara mereka yang lebih tua cenderung untuk memakai kontrasepsi
jangka panjang seperti IUD dan sterilisasi wanita, (SDKI, 2012).
1.2 Rumusan Masalah
1.
Jelaskan definisi KB dengan Metode Kalender ?
2.
Jelaskan cara menghitung
KB dengan
Metode Kalender dan Suhu Basal ?
3.
Jelaskan keuntungan KB dengan Metode Kalender dan Suhu Basal ?
4.
Jelaskan kerugian KB dengan Metode Kalender ?
5.
Jelaskan efektifitas KB dengan Metode Kalender dan Suhu Basal ?
6.
Jelaskan indikasi KB dengan Metode Kalender ?
7.
Jelaskan kontraindikasi KB dengan Metode Kalender ?
8.
Jelaskan memerlukan konseling KB dengan Metode Kalender ?
9.
Jelaskan intruksi khusus KB dengan Suhu Basal ?
10. Jelaskan factor-faktor KB
dengan Suhu Basal ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas Maternitas keperawatan mengetahui tentang kontrasepsi sederhana khususnya metode Kalender dan
metode suhu basal.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Dapat
mengetahui tentang pengertian KB metode kalender dan metode suhu basal
2. Dapat
mengetahui tentang keuntungan dan keterbatasan KB metode kalender dan metode
suhu basal
3. Dapat
memberikan asuhan pada ibu akseptor KB
1.4
Manfaat
1.
Mengetahui definisi KB dengan Metode Kalender
2.
Mengetahui cara menghitung
KB dengan
Metode Kalender dan Suhu Basal
3.
Mengetahui keuntungan KB dengan Metode Kalender dan Suhu Basal
4.
Mengetahui kerugian KB dengan Metode Kalender
5.
Mengetahui efektifitas KB dengan Metode Kalender dan Suhu Basal
6.
Mengetahui indikasi KB dengan Metode Kalender
7.
Mengetahui kontraindikasi KB dengan Metode Kalender
8.
Mengetahui memerlukan konseling KB dengan Metode Kalender
9.
Mengetahui intruksi khusus KB dengan Suhu Basal
10. Mengetahui factor-faktor KB
dengan Suhu Basal
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Metode Kalender
a. Definisi
Metode kalender
adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan
tidak melakukan senggama pada masa subur. Menentukan waktu ovulasi dari data yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir.
Tahun 1930
Kyusaku Ogino di Jepang dan Herman Knaus di Austria, yang bekerja sendiri -
sendiri, menemukan bahwa :
§
Ogino : Ovulasi umumnya terjadi
pada hari ke-15 sebelum haid berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16
sebelum haid yang akan datang
§ Knaus : Ovulasi selalu terjadi pada hari ke-15 sebelum haid yang akan
datang.
Problem
terbesar dengan metode kalender adalah bahwa jarang ada wanita yang mempunyai
siklus haid teratur setiap 28 hari. Metode ini memerlukan sistem menstruasi
yang teratur sehingga dapat memperhitungkan masa subur untuk menghindari
kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seks. Dengan ditemukannya sistem masa
subur oleh ogino-knaus, metode pantang berkala makin dikenal masyarakat.Perawat dapat membantu masyarakat untuk menghitung kapan masa subur terjadi
sehingga dapat menghindari kehamilan. Sistem pantang berkala akan lebih efektif
bila dikombinasikan dengan pemakaian kondom keberhasilan pantang berkala
kombinasi dengan kondom mendekati 100%.
b.
Cara Menghitung Masa Subur dengan
Sistem Kalender
Prinsip kerja
metode kalender ini berpedoman kepada kenyataan bahwa wanita dalam siklus
haidnya mengalami ovulasi (subur) hanya satu kali sebulan, dan biasanya terjadi
beberapa hari sebelum atau sesudah hari ke-14 dari haid yang akan datang.
Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus mengetahui
masa subur. Siklus haid pada tiap wanita tidak sama. Untuk itu perlu pengamatan
minimal 6 kali siklus menstruasi. Berikut ini cara mengetahui dan menghitung
masa subur:
Kalkulasi masa subur secara
tradisional didasarkan pada 3 asumsi :
a)
Ovulasi terjadi pada hari ke-14
tambah kurang 2 hari sebelum permulaan haid berikutnya.
b) Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari
c)
Ovum hidup selama 24 jam
Perhitungan
masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari.
Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam
kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat
data yang telah dicatat.
Menghitung masa subur dengan siklus
haid dan melakukan pantang berkala atau lebih dikenal dengan sistem kalender
merupakan salah satu cara atau metode kontrasepsi alami (Kb alami) dan
sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan cara
tidak melakukan sanggama pada masa subur.Sebelum
menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus mengetahui masa
subur.
Siklus masa
subur pada tiap wanita tidak sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali
siklus menstruasi.
Berikut ini cara mengetahui dan
menghitung masa subur:
1. Bila siklus haid teratur (28 hari) :
·
Hari pertama dalam siklus haid
dihitung sebagai hari ke-1.
·
Masa subur adalah hari ke-12
hingga hari ke- 16 dalam siklus haid
Contoh:
Seorang isteri
mendapat haid mulai tanggal 9 Januari. Tanggal 9 Januari ini dihitung sebagai
hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 januari dan hari ke 16 jatuh
pada tanggal 24 Januari. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Januari hingga
tanggal 24 Januari. Pada tanggal-tanggal tersebut suami isteri tidak boleh
bersanggama. Jika ingin bersanggama harus memakai kondom atau sanggama terputus
(senggama dimana tidak mengeluarkan sperma didalam).
2. Bila siklus haid tidak teratur :
·
Catat jumlah hari dalam satu
siklus haid selama 6 bulan (6 siklus). Satu siklus haid dihitung mulai dari
hari pertama haid saat ini hingga hari pertama haid berikutnya, catat panjang
pendeknya.
·
Masukan dalam rumus; jumlah hari
terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari
pertama masa subur.
·
Jumlah hari terpanjang selama 6
siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Contoh :
Seorang isteri mendapat
haid dengan keadaan : siklus terpendek 26 hari dan siklus terpanjang 32 hari
(mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya)
Perhitungannya : 26-18 = 8 dan 32–11 = 21. Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-8 sampai ke 21 dari hari pertama haid. Pada masa ini suami isteri tidak boleh bersanggama. Bila ingin bersanggama harus memakai kondom atau sanggama terputus.
Perhitungannya : 26-18 = 8 dan 32–11 = 21. Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-8 sampai ke 21 dari hari pertama haid. Pada masa ini suami isteri tidak boleh bersanggama. Bila ingin bersanggama harus memakai kondom atau sanggama terputus.
c.
Keuntungan Metode Kalender
a)
Ditinjau dari segi ekonomi : KB
kalender dilakukan secara alami dan tanpa biaya sehingga tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk membeli alat kontrasepsi.
b)
Dari segi kesehatan : sistem
kalender ini jelas jauh lebih sehat karena bisa dihindari adanya efek sampingan
yang merugikan seperti halnya memakai alat kontrasepsi lainnya (terutama yang
berupa obat).
c)
Dari segi psikologis : yaitu
sistem kalender ini tidak mengurangi kenikmatan hubungan itu sendiri seperti
bila memakai kondom misalnya. Meski tentu saja dilain pihak dituntut kontrol
diri dari pasangan untuk ketat berpantang selama masa subur.
d. Kerugian Metode Kalender
Kemungkinan kegagalan yang jauh lebih tinggi. Ini
terutama bila tidak dilakukan pengamatan yang mendalam untuk mengetahui dengan
pasti masa subur, karena tidak ada yang bisa menjamin ketepatan perhitungan
sebab masa suburpun terjadi secara alami, selain itu kedua pasangan tidak bisa menikmati
hubungan suami istri secara bebas karena ada aturan yang ditetapkan dalam
sistem ini. Masa berpantang yang cukup lama dapat membuat pasangan tidak bisa
menanti dan melakukan hubungan pada waktu berpantang.
Kerugian lain dari KB kalender adalah bahwa waktu
yang tepat dari ovulasi sulit untuk ditentukan, ovulasi umumnya terjadi 14 ±2
hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Dengan demikian pada wanita
dengan haid yang tidak teratur, saat terjadi ovulasi, sulit atau sama sekali
tidak dapat diperhitungkan. Selain itu, ada kemungkinan bahwa pada wanita
dengan haid teratur oleh salah satu sebab (misalnya karena sakit) ovulasi tidak
datang pada saat semestinya.
e.
Efektifitas
Efektifitasnya
bergantung pada keikhlasan mengikuti petunjuk, angka kegagalan 1-25 kehamilan
per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan, (Handayani, 2010).
v
Intruksi/ cara penggunaan metode kalender :
§
Menurut Handayani (2010), seorang wanita menentukan masa
suburnya dengan:
a) Mengurang 18
hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan awal masa subur nya. Asal
angka 18=14+2+2 hari hidup spermatoza
b) Mengurangi 11
hari dari siklus haid terpanjang untuk menentukan akhir dari masa suburnya.
Asal angka 11+14-2-1 hari hidup ovum
§ Kalkulasi masa
subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi (Handayani, 2010):
a. Ovulasi terjadi
pada hari ke-14 tambah kurang 2 hari sebelum permulaan haid berikutnya
b. Spermatozoa
bertahan hidup 2-3 hari
c. Ovum hidup
selam 24 jam
Contoh perhitungan masa subur dengan
metode kalender:
Ny. A menyatakan telah mengamati siklus haidnya selama 8
bulan dan didapatkan data bahwa siklus haid terpendeknya 25 hari dan siklus
terpanjangnya 30 hari. Hitung perkiraan masa subur yang di alami oleh Ny A.
Jawab :
Hari pertama persangkaan
Masa subur = siklus terpendek – 18
= 25 – 18
= 7
Hari terakhir persangkaan
Masa subur = siklus terpanjang – 11
= 30 – 11
= 19
Jadi Ny A harus abstinen/tidak melakukan hubungan seksual
pada hari ke-7 sampai dengan hari 19 dari siklus mentrurasi.
f.
Siapa yang bisa
menggunakan/indikasi, (Handayani, 2010)
Wanita/pasangan
:
a) Dari semua usia
subur
b) Dari semua
paritas, termasuk wanita nullipara
c) Yang oleh
karena alasan religius atau filosofis tidak bisa menggunakan metode lain
d) Tidak bisa
memakai metode lain
e) Bersedia
menahan nafsu birahi lebih dari seminggu setiap siklus
f) Bersedia dan
terdorong untuk mengamati, mencatat dan menginterpresikan tidak
menggunakan/kontra indikasi
g.
Siapa yang
seharusnya tidak menggunakan/kontra indikasi, (Handayani,
2010)
a. Perempuan yang
dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat kehamilan menjadi
suatu kondisi resiko tinggi
b. Perempuan
sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus) kecuali MOB
c. Perempuan
dengan siklus haid yang tidak teratur
d. Perempuan yang
pasangannya tidak mau bekerjasama (berpantang) selama waktu tertentu dalam
siklus haid
e. Perempuan yang
tidak suka menyentuh daerah genetalianya
h.
Yang mungkin
memerlukan konseling tambahan wanita, (Handayani,
2010)
a. Yang karena
masalah umur, paritas atau kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu hal
yang beresiko tinggi
b. Yang siklus
haid nya tidak menentu
c. Yang
pasangannya tidak mau bekerjasama (menahan nafsu) selama saat-saat tertentu dalam siklus tersebut
2.1
Metode Suhu Basal
a. Definisi
Sebagian Suhu tubuh basal adalah suhu
terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada
pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum
melakukan aktivitas lainnya.
Tujuan pencatatan suhu basal untuk
mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa
termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, pervagina, atau melalui dubur dan ditempatkan
pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
b.
Cara Kerja
Hormon progresteron yang disekresi korpus luteum setelah ovulasi bersifat
termogenik atau memproduksi panas, Ia dapat menaikan suhu tubuh 0,05 derajat
celcius s/d 0,2 derajat celcius dan mempertahankannya pada tingkat ini sampai
saat haid berikutnya. Peningkatan suhu tubuh ini disebut sebagai peningkatan
termal, dan ini merupakan dasar dari metode Suhu Tubuh Basal (STB).
c.
Instruksi Khusus
Klien harus melakukan pengukuran yang akurat dengan termometer khusus agar
dapat mendeteksi peningktan suhu yang kecil sekalipun. karena suhu tubuh
bereaksi terhadap banyak rangsangan, termasuk penyakit, stres, dan gangguan
tidur, interpretasi pola suhu tubuh memerlukan penilaian khusus. Klien harus
menandai pada catatannya saat merasa tidak enak badan, dalam kondisi yang tidak
seperti biasanya, atau stres
d.
Petunjuk Penggunaan
Pantang dimulai pada hari pertama
haid dan diakhiri saat diterapkan aturan peningkatan termal. Untuk menerapkan
aturan peningkatan termal, harus diambil langkah-langkah sebagai berikut:
a) Selama siklus haid, klien mengukur suhu tubuhnya setiap pagi sebelum bangun
dari tempat tidur(kira-kira pada waktu yang sama) dan mencatat suhu tubuhnya
pada lembar catatan yang disediakan.
b) Dengan menggunakan pencatatan suhu tubuh pada lembar tersebut, ia
mengidentifikasi suhu tertinggi dari suhu normal, rendah (suhu tubuh harian
yang dicatat dengan pola khusus tanpa adanya kondisi yang luar biasa) selama 10
hari pertama dari siklus haid, dengan mengesampingkan suhu tubuh tinggi yang
abnormal akibat demam atau gangguan lainnya
c) Tariklah sebuah garis 0,05 derajat celcius diatas suhu tertinggi dari 10
suhu tersebut diatas. Garis ini disebut sebagai garis penutup atau atau garis
suhu .
d) Tunggu 3 hari dari suhu yang lebih tinggi untuk memulai senggama. Fase
tidak subur dimulai pada malam ke 3 hari berturut-turut dengan suhu diatas
garis suhu.
e) Bila salah satu dari ketiga suhu tubuh tersebut turun atau dibawah garis
suhu selama 3 hari perhitungan. ini mungkin tanda ovulasi belum terjadi. Jadi
klien harus menunggu selama 3 hari penghitungan. ini mungkin tanda ovulasi
belum terjadi. jadi klien harus menunggu sampai didapat 3 hari berturut-turut
dengan suhu tubuh diatas garis suhu sebelum memulai senggama.
f) Setelah fase tidak subur dimulai, klien tidak perlu lagi mencatat suhu
tubuh. Ia dapat berhenti mencatat sampai siklus haid berikutnya.
e.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Suhu Badan Basal
·
Influenza atau infeksi traktus
respiratorius lain.
·
Infeksi/ penyakit- penyakit lain
yang meninggikan suhu badan
·
Inflamasi lokal lidah, mulut atau
daerah anus.
·
Faktor- faktor situasional
seperti mimpi buruk
·
Jam tidur yang ireguler
·
Pemakaian minuman panas atau
dingin sebelum pengambilan suhu badan basal
·
Pemakaian selimut elektris
·
Kegagalan membaca termometer
dengan tepat/baik
f.
Keuntungan Metode Suhu Basal
·
Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
g.
Keterbatasan
·
Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
h.
Efektifitas
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan
berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saatovulasi. Tingkat keefektian metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per
100wanita per tahun. Secara
teoritis angka kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun.
Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila dikombinasikan
dengan metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida ataupun metode kalender atau pantang berkala (calender method or periodic abstinence).
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Kehamilan Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan
masa subur dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan
kontrasepsi pada hari ke 8-9 siklus menturasinya, (Handayani, 2010).
Metode suhu basal adalah suatu metode kontrasepsi yang
dilakukan dengan mengukur suhu tubuh untuk mengetahui suhu tubuh basal, untuk
menentukan masa ovulasi, (Handayani, 2010).
Suhu basal badan adalah suhu dasar badan anda, yaitu suhu
saat sedang istirahat dan tidak mempunyai banyak tekanan. Perubahan suhu basal
badan wanita dalam satu siklus menstruasi akan membentuk pola tertentu apabila
di catat dengan baik. Dalam keadaan normal (sebelum dan sesudah ovulasi). Suhu
basal badan mengalami perubahan yang menetap dan berulang. Dengan melakukan
pencatatan suhu setiap hari, titik-titik itu bisa kita hubungkan hingga
membentuk gambar kurva atau gravik yang khas, (Cahyono, 2008).
b. Saran
Sebaiknya wanita yang sedang memeriksa kehamilan melakukan pemeriksaan kehamilannya ke fasilitas
kesehatan,
untuk mengetahui keadaan kehamilan. Dengan dilakukannya pemeriksaan kehamilan, dapat mengetahui kehamilan
secara pasti.
DAFTAR PUSTAKA
Everett, Suzanne. 2004. BUku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan
Seksual Reproduktif. Jakarta : EGC. Sifudin, Abdul Bari. 2006.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wiknjosastro, Hanifa. 2006.
.Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wiknjosastro,
Hanifa. 2006.
Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar