ASUHAN
KEPERAWATAN FIBROSARKOMA
DISUSUN OLEH :
1.
Nur
Rahmat R ( 201202039 )
2.
Andriani
Norrita S (
201202004 )
3.
Riske
Dwi H. ( 201202048
)
4.
Febriansyah
M. P. (
201202018 )
5.
Beuty
Joanita P. (
201202010 )
6.
Yoga
Ridho F. ( 201202059
)
7. Renzy Avionita (
201202044 )
PRODI
SI KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI
HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya dan juga sholawat serta salam atas
junjungan nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW sehingga kami dari kelompok satu dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berjudul ’’ ASUHAN
KEPERAWATAN FIBROSARKOMA’’ sesuai dengan petunjuk yang diberikan
oleh dosen. Alhamdullilah atas usaha keras kami makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini berisi tentang penjelasan mengenai teori
tentang definisi, etiologi,
patofisiologi dan asuhan keperawatan pada pasien fibrosarkoma.
Selesainya makalah ini
tidak terlepas dari usaha dan kerja keras dari kelompok satu. Dengan kerjasama yang baik
akhirnya makalah ini selesai sesuai yang diharapkan. Juga pihak yang terkait
lainnya yaitu dosen pembimbing yang memberi arahan pada kami agar dapat
terselesaikannya makalah ini dengan baik dan benar. Semoga makalah yang
sederhana ini dapat berguna untuk kami serta memberi pengetahuan luas bagi yang
membaca. Sebagai manusia kami mungkin
mempunyai banyak kekurangan termasuk dalam membuat makalah ini. Kritik dan
salam kami tunggu untuk lebih sempurnanya makalah ini. Atas perhatian kami
ucapkan terima kasih
Penulis
Kelompok
I
DAFTAR ISI
Kata
pengantar ............................................................................................................
2
Daftar
isi
.....................................................................................................................
3
Bab I Pendahuluan
Latar
belakang ............................................................................................................ 4 Rumusan masalah
.......................................................................................................
5 Tujuan ......................................................................................................................... 5
Bab II
Pembahasan
A)
Pengertian
gukosa …………..…...................................................................... 6
B)
Metabolisme
glukosa
....................................................................................... 6
C)
Pengertian
hiperglikemia ……………………..………….......................….... 6
D)
Pengertian hipoglikemia ……….…………..………………....………........... 7
E)
Macam – macam pemeriksaan gula darah………………….....................…... 7
F)
Pemeriksaan keton ……….........…………………...…....…………...……… 9
Bab III Penutup
Kesimpulan
.............................................................................................................. 12
Saran
........................................................................................................................ 12
Daftar Pustaka
.......................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pertumbuhan merupakan salah satu
sifat essensial kehidupan. Pertumbuhan ini berlangsung menurut aturan. Pada
organisme dewasa, dalam keadaan fisiologik pada sebagian jaringan tidak
terdapat pertumbuhan lagi, dalam hal ini pembuatan sel-sel baru berada dalam
keseimbangan dengan hilangnya sel-sel lama.
Dalam keadaan tertentu, suatu sel
dapat terjadi perubahan sifat yang mengakibatkan pertumbuhan sel-sel yang abnormal(neoplasma/tumor)Tumor bisa berupa
tumor jinak maupun tumor ganas.Sarcoma merupakan tumor ganas (kanker) yang
berasal dari jaringan mesodermal. Sarcoma tumbuh secara ekspansif tapi terjadi
pula pertumbuhan yang infiltratif ke jaringan sekitarnya.
Metastasis berlangsung dengan cara
hematogen. Sarcoma dapat terjadi pada semua bagian tubuh tetapi yang sering
ialah pada tulang, jaringan subcutis, fascia dan otot.Semakin berkembangnya
ilmu pengetahuan dan pendidikan maka penyakit-penyakit ganas seperti sarcoma
dapat dicegah dan diobati. Tapi lebih ditekankan bagaimana mencegah hal
tersebut sehingga prevelensi dari kanker ganas dapat diperkecil
1.2
Rumusan Masalah
1.
Jelaskan
Definisi Fibrosarkoma?
2.
Jelaska
Etiologi Fibrosarkoma?
3.
Jelaskan
Patofisiologi Fibrosarkoma?
4.
Jelaskan Tanda dan Gejala Klinis Fibrosarkoma?
5.
Jelaskan
Diagnosis Banding Fibrosarkoma?
6.
Jelaskan
Penegakan Diagnosis Fibrosarkoma?
7.
Jelaskan
Penatalaksanaan Fibrosarkoma?
8.
Jelaskan
Pencegahan Fibrosarkoma?
9.
Jelaskan
Prognosis Fibrosarkoma?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami penjabaran tentang penyakit
fibrosarcoma
1.3.2
Tujuan Khusus
Mahasiswa
mampu menjelaskan pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan gejala,
patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, serta
komplikasi dari penyakit fibrosarcoma.
1.4 Manfaat
1. Megetahui Definisi Fibrosarkoma
2. Megetahui Etiologi Fibrosarkoma
3. Megetahui Jelaskan Patofisiologi
Fibrosarkoma
4. Megetahui Tanda dan Gejala Klinis Fibrosarkoma
5. Megetahui Diagnosis Banding
Fibrosarkoma
6. Megetahui Penegakan Diagnosis
Fibrosarkoma
7. Megetahui Penatalaksanaan Fibrosarkoma
8. Megetahui Pencegahan Fibrosarkoma
9. Megetahui Prognosis Fibrosarkoma
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi
Sarkoma
adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel – sel yang tumbuh terus –
menerus secara tidak terbatas / berlebihan (proliferasi), tidak berkoordinasi
dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh,yang berasal dari
jaringan mesodermal (Tjarta, Achmad. 1973).
Jaringan fibrosa, kadang-kadang disebut sebagai FCT, merupakan jaringan terdiri dari kekuatan tinggi,
serat yang sedikit melar. Serat ini terutama terdiri dari kolagen, air, dan helai kompleks karbohidrat yang disebut polisakarida. Mereka memberikan dukungan dan penyerapan kejutan ke organ sekitarnya dan tulang. Sepertisel-sel dan serat dalam jaringan ini begitu padat bersama-sama, mereka kadang-kadang hanya disebut sebagai jaringan ikat padat.
Berdasarkan pengertiannya Sarkoma
adalah keganasan yang berasal dari jaringanlunak/ jaringan ikat (seperti :
otot, tendon, lemak, saraf, pembuluh darah, atau tulang rawan) dantulang.
Sedangkan Fibroblas adalah sel - sel yang secara normal menghasilkan
jaringanfibrous di seluruh tubuh.Jadi Fibrosarkoma adalah tumor ganas sel
jaringan ikat dankolagen. Pada awalnya fibrosarkoma didiagnosis atas dasar
adanya tumor sel spindle yangmembentuk kolagen, termasuk disini adalahmalignant
fibrous histiocytoma, sarcomasynovial tipe fibrous monofasik,malignant
schwannoma, neurofibrosarkoma.
Fibrosarkoma adalah neoplasma ganas
yang berasal dari sel mesenkim, dimana secara histologi sel yang dominan adalah
sel fibroblas. Pembelahan sel yang tidak terkontrol dapat menginvasi jaringan
lokal serta dapat bermetastase jauh ke bagian tubuh yang lain.
2.2 Etiologi
Penyebab pasti dari fibrosarkoma belum
diketahui, namun ada beberapa faktor yang sering berkontribusi seperti faktor
radiasi yang menyebabkan adanya perubahan genetik oleh karena hilangnya alel,
poin mutasi, dan translokasi kromosom. Selain beberapa penyebab di atas, fraktur
tulang, penyakit paget, dan operasi patah tulang juga dapat menimbulkan
fibrosarkoma sekunder.
Fibrosarkoma
merupakan keganasan yang sering terjadi terutama akibat paparan radiasi.
Sebagian besar kasus mengenai usia diantaran 30-50 tahun dengan proporsi jumlah
laki-laki yang lebih dominan terkena. Seseorang dengan riwayat infark tulang
atau iradiasi merupakan faktor risiko pada fibrosarkoma sekunder.Fibrosarkoma
pada grade yang tinggi merupakan faktor risiko yang signifikan untuk terjadi
metastasis dan kekambuhan lokal.
2.3 Patofisiologi
Fibrosarkoma dapat terjadi akibat
pengaruh paparan radiasi dari lingkungan yang mengakibatkan terjadinya
translokasi kromosom pada sekitar 90% kasus.x-radiation
dan gamma radiation paling berpotensi
menyebabkan kerusakan jaringan. Ionisasi radiasi menyebabkan terjadinya
perubahan genetik yang meliputi mutasi gen, mutasi mini-satellit( perubahan jumlah DNA
sequences), formasi mikronukleus ( tanda kehilangan atau kerusakan
kromosom), aberasi kromosomal (struktur dan jumlahnya), perubahan ploidi
(jumlah dan susunan kromosom), DNA stand
breaks dan instabilitas kromosom. Ionisasi radiasi mempengaruhi semua fase
dalam siklus sel, namun fase G2 merupakan yang paling sensitif.
Sepanjang hidup sel pada sumsum tulang, mukosa usus,
epitelium testikular seminuferus, folikel ovarium rentan mengalami trauma dan
sebagai akibatnya akan selalu mengalami proses mitosis. Iradiasi selama proses
mitosis mengakibatkan aberasi kromosomal. Tingkat kerusakan bergantung pada
intensitas, durasi, dan kumulatif dari radiasi.DNA dapat mengalami kerusakan
secara langsung maupun tidak langsung melalui interaksi dengan reactive products yang berupa radikal
bebas.
Pengamatan terhadap kerusakan DNA diduga sebagai hasil
perbaikan DNA atau sebagai akibat dari replikasi yang salah. Perubahan ekspresi
gen memicu timbulnya suatu tumor. Sebagai akibat paparan x-radiation dan gamma
radiation sangat kuat berkorelasi terhadap timbulnya keganasan atau kanker.
Kerusakan DNA yang dimanifestasikan dalam bentuk translokasi kromosom gene
COL1A1 pada kromosom 17 dan gen platelet-derived
growth factor B pada kromosom 22 mengakibatkan terjadinya keganasan pada
jaringan fibrous. Perubahan fibrosarkoma dicirikan dengan pertumbuhan pola herringbone yang nampak pada klasik
fibrosarkoma.
2.4 Pathway
2.5 Tanda
dan Gejala Klinis
Gejala pada fibrosarkoma pada awal
mulanya sering tidak tampak atau tanpa dirasakan adanya nyeri.Biasanya tumor
baru tampak setelah timbul gejala dan teraba suatu benjolan.Pada lesi yang
besar terjadi peregangan pada kulit dan nampak mengkilat berwarna keunguan.
Pada massa yang sangat besar terjadi pelebaran pembuluh darah vena.
Tanda dan gejala pada fibrosarkoma sulit dibedakan dari
tumor lainnya sehingga diperlukan pemerikasaan jaringan dengan mikroskop
sehingga didapatkan grade dan staging dari fibrosarkoma.
Tabel 1. Grading (Derajat Keganasan)
|
TNM two – grade System
|
Three – grade System
|
Four – grade system
|
|
Low – grade
|
Grade I
|
Grade I
Grade II
|
|
High – grade
|
Grade II
Grade III
|
Grade III
Grade IV
|
Tabel 2. Stage Grouping
|
Stage IA
|
T1a
T1b
|
N0, Nx
N0, Nx
|
M0
M0
|
Low grade
|
|
Stage IB
|
T2a
T2b
|
N0, Nx
N0, Nx
|
M0
M0
|
|
|
Stage IIA
|
T1a
T1b
|
N0, Nx
N0, Nx
|
M0
M0
|
High Grade
|
|
Stage IIB
|
T2a
|
N0, Nx
|
M0
|
|
|
Stage IIIB
|
T2b
|
N0, Nx
|
M0
|
|
|
Stage IV
|
Any T
Any T
|
N1
Any N
|
M0
M1
|
Any grade
Any grade
|
Keterangan :
|
1
|
Primary Tumor
|
|
Tx
|
Primary tumor canot be assessed
|
|
T0
|
No evidence of primary tumor
|
|
T1
|
Tumor 5 cm or less in greatest
dimension
|
|
T1a
|
Superficial tumor
|
|
T1b
|
Deep tumor
|
|
T2
|
Tumor more than 5 cm in greatest
dimension
|
|
T2a
|
Superficial tumor
|
|
T2b
|
Deep tumor
|
|
N
|
Regional Lymph Nodes
|
|
Nx
|
Regional lymph nodes cannot be
assessed
|
|
N0
|
No regional lymph node metastasis
|
|
N1
|
Regional lymph node metastasis
|
|
M
|
Distant metastasis
|
|
Mx
|
Distant metastasis cannot be
assessed
|
|
M0
|
No distant metastasis
|
|
M1
|
Distant metastasis
|
2.6 Diagnosis
Banding
1. Mallignant
fibrous histiocytoma
Malignant fibrous histiocytoma (MFH)
merupakan sarkoma jaringan lunak yang banyak ditemukan terutama pada
ekstremitas, yaitu 70%-75%. MFH berupa massa
kelenjar tumor jaringan lunak, besar, dan tidak nyeri.
2. Giant
cell tumor
Giant cell tumor merupakan tumor yang agresif tetapi
merupakan tumor jinak pada metafisis atau epifisis pada tulang panjang.
3. Osteolytic
osteosarcoma
Osteolytic osteosarcoma adalah keganasan yang paling umum
dari tulang belakang multiple myeloma, kasusnya terjadi sekitar 50% di sekitar
lutut.
2.7 Penegakan
Diagnosis
1.
Anamnesis
Pasien biasanya datang dengan
keluhan terdapat benjolan. Hal-hal yang perlu digali adalah:
© Kapan benjolan tersebut mulai
muncul?
© Bagaimana sifat pertumbuhannya,
apakah cepat atau lambat?
© Keluhan penekanan pada jaringan
sekitar
2.
Pemeriksaan
fisik
Pada pemeriksaan fisik yang perlu
dicari adalah:
©
Lokasi
tumor
©
Deskripsi
tumor, meliputi:
ü
Batas
tegas atau tidak
ü
Ukurannya
ü
Permukaannya
ü
Konsistensinya
ü
Nyeri
tekan atau tidak
ü
Kelejar
getah bening regional apakah teraba atau tidak
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1.
Foto
Rontgen
Pada foto rontgen biasanya tampak massa isodens berlatar
belakang bayangan otot. Selain itu juga bisa menunjukkan reaksi tulang akibat
invasi tumor jaringan lunak seperti destruksi, reaksi periosteal atau remodeling tulang.
2.
Ultrasonografi
Pada pemeriksaan tumor jaringan lunak, ultrasonografi
memiliki dua peran utama yaitu dapat membedakan tumor kistik atau padat dan
mengukur besarnya tumor.
3.
CT-scan
Pada kasus fibrosarkoma pemeriksaan CT-scan biasanya
digunakan untuk mendeteksi klasifikasi dan osifikasi serta melihat metastase
tumor di tempat lain.
4.
MRI
MRI merupakan modalitas diagnostik terbaik untuk mendeteksi,
karakterisasi, dan menentukan stadium tumor. MRI mampu membedakan jaringan
tumor dengan otot di sekitarnya dan dapat menilai bagian yang terkena pada
komponen neurovaskuler yang penting dalam limb
salvage surgery. MRI juga bisa digunakan untuk mengarahkan biopsi,
merencanakan teknik operasi, mengevaluasi respon kemoterapi, penentuan ulang
stadium, dan evaluasi jangka panjang terjadinya kekambuhan lokal.
5.
Histopatologi
Pemerikaan histopatologi dilakukan dengan melakukan
biopsi.Biopsi terbuka meliputi incisi dan eksisi.Incisi dilakukan bila ukuran
tumor lebih dari 3cm sementara pemeriksaan eksisi dilakukan jika ukuran tumor
kurang dari 3cm. Biopsi tertutup meliputi core
biopsy / Tru-cut biopsy dan biopsi aspirasi jarum halus.
Pada gambaran histologi fibrosarkoma memiliki pola
pertumbuhan fascicula sel berbentuk fusiform ataupun spindle.Batas antar sel
nampak tidak jelas dengan sedikit sitoplasma dan serabut kolagen membentuk
anyaman paralel.Histologi grading terutama berdasarkan derajat selularitas,
diferensiasi sel, gambaran mitotik dan jumlah kolagen yang dihasilkan oleh sel
nekrosisnya.
Pada grade rendah nampak sel spindle yang beraturan dalam
fasikula dengan selularitas rendah sampai sedang dan nampak seperti herringbone.Terdapat nuklear
pleomorfisme derajat rendah dan jarang bermitosis dan nampak stroma
kolagen.Pada grade tinggi terlihat nuclear pleomorfisme yang tajam, selularitas
lebih luas, dan mitosis atypical.Nukleus
dapat berbentuk spindle, oval atau bulat.Penampilan histologi fibrosarkoma
grade tinggi mirip dengan tumor lainnya seperti malignant fibrous histiocytoma, liposarcoma atau synovial sarcoma.
2.9 Penatalaksanaan
Surgical resection dengan wide margins adalah penatalaksanaan yang biasa dilakukan.Pada
fibrosarkoma dengan low grade operasi
biasanya adekuat, meskipun kekambuhan lokal terjadi dalam 11% pada
pasien.Sedangkan pada fibrosarkoma dengan high
grade sering membutuhkan preoperatif atau anjuvant chemotherapi setelah operasi untuk memenuhi kelangsungan
hidup. Kemoterapi merupakan hal yang kontroversial namun kemoterapi
baik digunakan dalam lesi tulang.
Dalam
penatalaksanaan fibrosarkoma pada ekstremitas kadang
diperlukan amputasi untuk menciptakan margin yang aman tetapi dengan
pertimbangan berupa :
1.
Massa jaringan lunak luas dan atau
dengan adanya keterlibatan kulit
2.
Keterlibatan arteri atau nervus utama
3.
Keterlibatan tulang yang luas yang
mengharuskan whole bone resection
4.
Rekuren tumor yang sebelumnya sudah di
radiasi adjuvant.
Pendekatan baru pada fibrosarkoma yaitu
pengangkatan dengan pembedahan dengan mengisolasi dan disambung ke sirkuit
ekstrakorporal dengan pengaturan suhu dan oksigenasi. Dalam hal ini toksisitas
dapat dihindari karena adanya isolasi.
2.10
Pencegahan
Mengingat
belum pastinya penyebab dari fibrosarkoma maka pencegahannya pun sulit dilakukan.Salah satu yang bisa
dilakukan yaitu dengan menghindari faktor risiko seperti radiasi yang
menyebabkan adanya perubahan genetik.
2.11
Prognosis
Pada penderita
fibrosarkoma dengan lesi medula high
grade harapan hidup selama 5 tahun mendekati 30% sedangkan pada penderita
fibrosarkoma di permukaaan tubuh dan derajat rendah harapan hidup selama 5
tahun ke depan 50-80%.
Faktor lain yang berhubungan dengan usia
harapan hidup yang buruk adalah usia >40 tahun, tumor primer di axial
skeleton, lesi eksentris, dan stadium penyakit saat ditemukan. Tidak ada data
kondusif yang dapat membedakan antara tumor primer dan tumor skunder.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1.
Pengumpulan Data
1.
Identitas
pasien
Nama,
umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan
lain-lain.
2.
Keluhan
Utama
Keluhan sangat tergantung dari
dimana tumor tersebut tumbuh.Keluhan utama pasien SJL daerah ekstremitas
tersering adalah benjolan yang umumnya tidak nyeri dan sering dikeluhkan muncul
setelah terjadi trauma didaerah tersebut.
3.
Riwayat
Penyakit Sekarang
Perlu ditanyakan kapan terjadi dan
bagaimana sifat pertumbuhannya, keluhan yang berhubungan dengan infiltrasi dan
penekanan terhadap jaringan sekitar, dan ketuhan yang berhubungan dengan
metastasis jauh.
4.
Riwayat
Penyakit Dahulu
Ditanyakan riwayat kesehatan klien,
tertama untuk penyakit – penyakit yang dapat memperberat kondisinya saat ini,
misalnya memiliki DM. Dapatkan juga informasi sejak mulai kapan dan bagaimana
riwayat pengobatannya.
5.
Riwayat
Penyakit Keluarga
Ditanyakan apakah ada keluarga yang
memiliki penyakit yang sama ataupun menderita tumor atau kanker jenis yang
lain. Ditanyakan juga penyakit – penyakit menular dan menurun yang diderita
oleh keluarga yang lain seperti hipertensi, DM, Gangguan Jantung, Astma, TBC,
dll.
2. Pemeriksaan
Fisik
1.
Pemeriksaan
status generalis untuk menilai keadaan umum penderita dan tanda-tanda
metastasis pada paru, hati dan tulang.
2.
Pemeriksaan
status lokalis meliputi:
a.
Tumor
primer:
·
Lokasi
tumor
·
Ukuran
tumor
·
Batas
tumor, tegas atau tidak
·
Konsistensi
dan mobilitas
·
Tanda-tanda
infiltrasi, sehingga perlu diperiksa fungsi motorik/sensorik dan tanda-tanda
bendungan pembuluh darah, obstruksi usus, dan lain-lain sesuai dengan lokasi
lesi.
b.
Metastasis
regional:
Perlu diperiksa ada atau tidaknya
pembesaran kelenjar getah bening regional.
3. Pengkajian
Fungsional
Pengkajian selanjutnya adalah untuk mengkaji kebutuhan klien dapat menggunakan
dasar kebutuhan manusia berdsarkan Henderson atau dengan adaptasi dari Calista
Roy.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses
patologik dan pembedahan (amputasi).
2. Kerusakan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan kerusakan muskuluskletal, nyeri, dan amputasi.
3. Kerusakan integritas kulit atau
jaringan berhubungan dengan penekanan pada daerah tertentu dalam
waktu yang lama.
4. Resiko
infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.
3.3 Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses
patologik dan pembedahan (amputasi).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam masalah nyeri akut teratasi seluruhnya.
Kriteria Hasil :
a.
Klien
mengatakan nyeri hilang dan terkontrol,
b.
Klien
tampak rileks, tidak meringis, dan mampu istirahat/tidur dengan tepat,
c.
Tampak
memahami nyeri akut dan metode untuk menghilangkannya, dan
d.
Skala
nyeri 0-2.
Intervensi:
1.
Catat
dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan
karakteristik nyeri.
R / : Untuk mengetahui respon dan
sejauh mana tingkat nyeri pasien.
2.
Berikan
tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan lembut).
R / : Mencegah pergeseran tulang dan
penekanan pada jaringan yang luka.
3.
Berikan
sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
R / : Peningkatan vena return,
menurunkan edema, dan mengurangi nyeri.
4.
Berikan
lingkungan yang tenang.
R / : Agar pasien dapat beristirahat
dan mencegah timbulnya stress.
5. Kolaborasi dengan dokter tentang
pemberian analgetik, kaji efektifitas dari tindakan penurunan rasa nyeri.
R / : Untuk mengurangi rasa sakit /
nyeri.
2.
Kerusakan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan muskuluskletal,
nyeri, dan amputasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam masalah kerusakan mobillitas fisik teratasi seluruhnya.
Kriteria Hasil :
1.
Pasien
menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan tindakan
keamanan,
2. Pasien tampak ikut serta dalam
program latihan / menunjukan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas,
3. Pasien menunjukan teknik / perilaku
yang memampukan tindakan beraktivitas, dan
4. Pasien tampak mempertahankan
koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.
Intervensi :
1. Kaji tingkat immobilisasi yang
disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi tersebut.
R /:
Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak
proporsional).
2. Dorong partisipasi dalam aktivitas
rekreasi (menonton TV, membaca koran dll ).
R / : Memberikan
kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan perhatian, meningkatkan
perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial.
3. Anjurkan pasien untuk melakukan
latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak.
R
/ : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,
mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca
yang tidak digunakan.
4. Bantu pasien dalam perawatan diri.
R
/ : Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam
mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
5. Berikan diit Tinggi
protein Tinggi kalori , vitamin , dan mineral.
R
/ : Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada
immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB.
6. Kolaborasi dengan bagian
fisioterapi.
R
/ : Untuk menentukan program latihan.
3. Kerusakan
integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan penekanan
pada daerah tertentu dalam waktu yang lama.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam masalah kerusakan
integritas kulit / jaringan teratasi seluruhnya.
Kriteria Hasil : Klien Menunjukkan prilaku /
tehnik untuk mencegah kerusakan kulit tidak berlanjut.
Intervensi :
1. Kaji adanya perubahan warna kulit.
R / : Memberikan informasi tentang
sirkulasi kulit.
2. Pertahankan tempat tidur kering dan
bebas kerutan.
R / : Untuk menurunkan tekanan pada
area yang peka resiko kerusakan kulit lebih lanjut.
3. Ubah posisi dengan sesering mungkin.
R / : Untuk mengurangi tekanan
konstan pada area yang sama dan meminimalkan resiko kerusakan kulit.
4. Beri posisi yang nyaman kepada
pasien.
R / : Posisi yang tidak tepat dapat
menyebabkan cedera kulit / kerusakan kulit.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan dan
pemberian zalf / antibiotic.
R / : Untuk mengurangi terjadinya
kerusakan integritas kulit.
4. Resiko
infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam masalah resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda Infeksi,
2. Leukosit dalam batas normal, dan
3. Tanda-tanda vital dalam batas
normal.
Intervensi
:
1.
Kaji
keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor,
dolor, fungsi laesa.
R/ : Untuk mengetahui
tanda-tanda infeksi.
2.
Anjurkan
pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
R/ : Meminimalkan terjadinya
kontaminasi.
3.
Rawat luka
dengan menggunakan tehnik aseptic
R/ : Mencegah kontaminasi dan
kemungkinan infeksi silang.
4. Mewaspadai adanya keluhan nyeri
mendadak, keterbatasan gerak, edema lokal, eritema pada daerah luka.
R/ : Merupakan indikasi adanya
osteomilitis.
5. Kolaborasi pemeriksaan darah :
Leukosit
R/ : Leukosit yang meningkat
artinya sudah terjadi proses infeksi.
3.4
Implementasi
Adalah mengelola dan mewujudkan
rencana perawatan meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat,
melaksanakan anjuran dokter dan ketentuan didalam rumah sakit.
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir
dalam proses keperawatan, evaluasi merupakan kegiatan yang disengaja dan terus
menerus yang melibatkan klien, perawat dan tim kesehatan lain. Evaluasi juga
hanya menunjukkan masalah mana yang telah dipecahkan yang perlu dikaji ulang
rencana kembali dilaksanakan dan rencana evaluasi kembali.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Fibrosarkoma
merupakan keganasan yang sering terjadi terutama akibat paparan radiasi.
Sebagian besar kasus mengenai usia diantaran 30-50 tahun dengan proporsi jumlah
laki-laki yang lebih dominan terkena. Seseorang dengan riwayat infark tulang
atau iradiasi merupakan faktor risiko pada fibrosarkoma sekunder. Fibrosarkoma
pada grade yang tinggi merupakan faktor risiko yang signifikan untuk terjadi
metastasis dan kekambuhan local
4.2 Saran
Perawat ataupun mahasiswa
keperawatan harus banyak membaca dan
memperbanyak referensi untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman
tentangfibrosarcoma.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan
Medikal Bedah. Vol 3. Ed 8. EGC. Jakarta.
Doengoes, Marilynn E. Et al.
1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran
EGC
Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Edisi 4.
Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Rahmadi, Agus. 1993. Perawatan
Gangguan Sistem Muskuloskletal. Banjarbaru: Akper
Depkes.
Reeves, J. Charlene.Et al.
2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. I. Salemba medika.
Jakarta
Tucker, Susan Martin et
al.1999, Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 3, Penerbit Buku
Kedokteran EGC
MUTASI KROMOSOM-ABRASI
Mutasi kromosom adalah perubahan yang terjadi pada struktur
kromosom. Mutasi kromosom ini bisa terjadi secara spontan ataupun tidak
spontan. Salah satu penyebab mutasi kromosom misalnya adalah radiasi pada
kromosom. Akibat dari mutasi kromosom misalnya adalah berbagai kelainan genetik
seperti sindrom Wolf-Hirschhorn, sindrom Turner, sindrom Klinefelter, dan
lainnya.
Ada enam macam mutasi kromosom yang Tergolong abrasi ( kerusakan kroosom ) ini :
Ada enam macam mutasi kromosom yang Tergolong abrasi ( kerusakan kroosom ) ini :
- Delesi
Delesi adalah mutasi kromosom di mana sebagian dari gen pada kromosom hilang. Delesi bisa terjadi akibat kegagalan ketika bertranslokasi ataupun tidak kembali menyambungnya bagian kromosom setelah kromosom putus. Salah satu kelainan genetik akibat delesi adalah sindrom Wolf-Hirscchorn di mana terjadi delesi pada lengan-p kromosom 4. Williams Sydrome - deletion on chromosome 7, Cri du Chat Syndrome - deletion on chromosome 5, efek delesi ini akan menimbulkan duplikasi atau translokasi . OK
- Duplikasi
Duplikasi adalah mutasi kromosom di mana sebagian dari kromosom mengalami penggandaan (double). pada duplikasi ini materi genetik tambahan fragmen pecahan yang bergabung masih kromosom yang homolog /pasangan yang sesuai. - Translokasi
Translokasi adalah tersusun kembalinya kromosom dari susunan sebelumnya. Ada dua macam translokasi yaitu translokasi resiprok dan translokasi Robertsonian. Pada translokasi resiprok, ada dua kromosom yang bertukar materi genetik. Sementara pada translokasi Robertsonian, kedua lengan pendek kromosom hilang dan lengan panjangnya membentuk kromosom baru. Translokasi Robertsonian biasanya terjadi pada kromosom dengan bentuk akrosentrik (kromosom yang letak sentromernya berada mendekati ujung, salah satu lengan pendeknya sangat pendek sehingga seperti tidak terlihat). Translokasi Robertsonian pada manusia terjadi pada kromosom 13, 14, 15, 21, dan 22 PRINSIPNYA translokasi ini terjadi akibat pecahnya kromosom /fragmen yang kemudian bergabung dengan suatu kromosom nonhomolog - Inversi
Inversi adalah penyusunan kembali materi genetik kromosom tetapi terbalik dari susunan sebelumnya Urutan kromosomnya terbalik balik , biasanya kromosom terlipat kemudian terjadi perpindahan gen genya sehingga urutannya gen tidak sesuai . yang jelas tidak ada gen yang hilang atau tambah pada peristiwa ini - Formasi
cincin ( Katenasi )
Pada formasi cincin, kedua ujung lengan kromosom berfusi membentuk bulatan seperti cincin. Ada tiga kemungkinan, kedua ujung lengan kromosom akan menghilang kemudian kedua lengan berfusi, hanya salah satu ujung lengan kromosom yang menghilang kemudian kedua lengan berfusi, atau pada kasus yang lebih langka kedua lengan berfusi tanpa adanya penghilangan bagian ujung lengan kromosom. - Isokromosom
Isokromosom terjadi pada kromosom yang kehilangan salah satu lengannya, kemudian mengkopi lengannya yang tidak hilang. Hasil kopian lengan yang tersisa ini merupakan pencerminan dari lengan kromosom yang tidak hilang.
- Mutasi ini dapat mengarah pada alelevolusi, munculnya variasi-variasi baru pada spesies baru dan menjadi dasar bagi kalangan pendukung. Hampir selalu bahwa mutasi dianggap menyebabkan kerusakan dan perubahan yang sedemikian parah sehingga tidak dapat diperbaiki oleh sel tersebut.
- Efek langsung dari mutasi bersifat membahayakan. Mutasi terjadi secara acak, karenanya mutasi hampir selalu merusak hidup yang mengalaminya. Logika mengatakan bahwa intervensi secara tak sengaja pada sebuah struktur sempurna dan kompleks tidak akan memperbaiki struktur tersebut, tetapi merusaknya. Dan memang, tidak pernah ditemukan satu pun “mutasi yang bermanfaat”.
- Mutasi tidak menambahkan informasi baru pada DNA suatu organisme. Partikel-partikel penyusun informasi genetika terenggut dari tempatnya, rusak atau terbawa ke tempat lain. Mutasi hanya mengakibatkan ketidaknormalan, seperti kaki yang muncul di punggung, atau telinga yang tumbuh dari perut.
- Mutasi dapat terjadi pada frekuensi rendah di alam, biasanya lebih rendah daripada 1:10.000 individu. Mutasi di alam dapat terjadi akibat zat pembangkit mutasi (mutagen, termasuk karsinogen), radiasi surya maupun radioaktif, serta loncatan energi listrik seperti petir.
- Individu yang memperlihatkan perubahan sifat (fenotipe) akibat mutasi disebut mutan. Dalam kajian genetik, mutan biasa dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami perubahan sifat (individu tipe liar atau “wild type”)
- kromosom atau perubahan mendadak pada bentuk dan susunan dalam kromosm makhluk yang menghasilkan protein dan enzim yang bermodifikasi.
- Hugo de Vries adalah orang pertama yang menggunakan isitilah mutasi. Istilah ini digunakan Hugo de Vries untuk mengemukakan adanya perubahan fenotipe yang mendadak pada bunga Oenothera lamarckiana dan bersifat menurun. Setelah diseleidiki, perubahan tersebut terjadi karena penyimpangan dari kromosomnya
- Morgan (1910) juga melakukan penelitian tentang mutasi dengan menggunakan lalat buah. Ia menemukan lalat buah jantan bermata putih diantara sejumlah besar lalat bermata merah. Sifat baru tersebut muncul karena perubahan struktur genetk, karena sifat baru diturunkan pada generasi berikutnya.
- DAMPAK MUTASI BAGI KEHIDUPAN
- Dampak negatif Mutasi menyebabkan timbulnya beragam jenis penyakit berbahaya seperti sindrom, kanker.
- Dampak positif
- Walaupun mutasi bersifat merugikan tetapi dalam beberapa hal juga berguna bagi manusia, misalnya
- Dapat meningkatkan hasil panen produksi pangan (gandum, tomat, kacang tanah, kelapa poliloidi).
- Dapat meningkatkan hasil antibiotika
- Dapat memeriksa proses biologi
- Proses penting untuk evolusi dan variasi genetika
- Dapat menambah keanekaragaman.
Penyakit Paget adlh penyakit
metabolisme pada tulang tulang tmbuh secara abnormal menjadi rapuh dan terjadi
perybahan bentuk
Penyakit Paget adalah kelainan langka tulang yang mempengaruhi laju
pembentukan dan kehancuran dari berbagai tulang kerangka. Hal ini umum di orang
tua dan orang-orang dari keturunan Eropa. Tepat penyebab kondisi ini tidak
jelas. (1-6)Fisiologi tulang
Biasanya tulang rusak secara teratur dengan penggunaan dan penuaan. Sebagai hasil dari rincian ini pada orang muda ada tulang normal perbaikan dan pertumbuhan yang disebut remodelling dan berlangsung setiap hari.Sel-sel yang rincian atau menyerap dan membubarkan tulang sel disebut osteoclasts dan orang-orang yang membentuk sel-sel tulang baru yang disebut Osteoblas. Sisanya dari tulang terdiri dari protein yang disebut kolagen dan mineral yang disebut hydroxyapatite.
Patofisiologi penyakit Paget
Dalam penyakit Paget osteoclasts menjadi lebih aktif daripada Osteoblas membuat perbedaan antara tulang breakdown dan formasi. Ini berarti bahwa ada lebih banyak kerusakan tulang dari biasanya.Osteoblas mencoba untuk menjaga dengan membuat tulang baru. Seluruh proses menjadi kacau menuju pembentukan tulang cacat yang besar, misshapen, dan padat, sementara semua sementara lemah dan rapuh dan mudah untuk fraktur membungkuk atau menekuk karena tekanan. Tulang cacat, dan cocok bersama-sama sembarangan.
Tulang normal ketika dilihat di bawah mikroskop menunjukkan struktur tumpang tindih yang ketat yang muncul sebagai dinding batu bata. Dalam penyakit Paget ada pola mosaik yang tidak teratur, seolah-olah batu bata hanya berkumpul dan meninggalkan bersama sembarangan.
Penyebab penyakit Paget
Penyebab penyakit Paget tidak diketahui. Genetika berperan penting dalam perkembangan penyakit ini. Ini jelas karena orang-orang Anglo Saxon keturunan lebih berisiko kondisi ini.Demikian pula orang-orang asal Afrika atau Asia jarang dipengaruhi oleh penyakit Paget. Dengan demikian penyakit Paget terjadi lebih umum dalam populasi Eropa dan keturunan mereka.
Gen dikatakan diaktifkan ketika terpapar virus. Mungkin hadir di sebanyak 25 persen untuk 40 persen dari keturunan langsung dari seseorang dengan penyakit.
Genetika dari penyakit Paget
Warisan dikatakan Autosomal dominan. Ada empat sampai tujuh gen yang ketika rusak menyebabkan Paget penyakit. Ini sebuah mutasi gen khusus atau variasi yang disebut sequestosome 1 (SQSTM1) adalah yang paling penting.Pasien yang membawa mutasi ini tampaknya sangat terpengaruh oleh penyakit Paget dan ada risiko tinggi transmisi infeksi pada keturunan. Penyakit umumnya mempengaruhi orang tua dan laki-laki sedikit lebih pada risiko penyakit daripada wanita (3 orang dipengaruhi untuk setiap 2 wanita dengan kondisi).
Lingkungan penyebab penyakit Paget
Kondisi lingkungan juga bertanggung jawab untuk sebab-akibat penyakit ini. Hal ini jelas oleh fakta bahwa orang-orang yang tinggal di daerah-daerah geografis tertentu, seperti Utara dan Eropa Barat, Amerika Serikat, Australia dan Selandia baru yang lebih berisiko.Penyakit Paget ini biasa dalam orang-orang yang tinggal di Cina, Jepang, Skandinavia dan India.
Juga ada variasi yang ditandai dalam jumlah kasus penyakit Paget di berbagai daerah Britania. Sebagai contoh, kondisi kurang umum di selatan negara, (sekitar 1 dalam 100 orang lebih dari usia 55 dipengaruhi), dan lebih umum di utara, (Kabupaten Lancashire di mana 1 dari 50 orang lebih dari 55 mungkin mempengaruhi).
Jumlah orang yang terpengaruh di Britania adalah menurun karena karena imigrasi dari orang-orang dari Afrika dan Asia asal etnis campuran orang-orang yang tidak mendapat penyakit ini. Namun, penyakit tetap paling umum di Inggris dengan lebih dari 1 juta pasien terkena.
Lain penyebab penyakit Paget
Mekanis stres dapat memainkan peran dalam sebab-akibat penyakit Paget. Beberapa peneliti menyarankan infeksi dengan virus berikut mungkin mungkin pemicu untuk penyakit Paget:-- Paramyxovirus termasuk campak,
- Canine distemper virus mempengaruhi anjing terutama
- pernapasan syncytial virus mempengaruhi bayi
Karena vaksin, campak dan dinding yang sekarang jarang infeksi. Ini juga dapat menjelaskan penurunan dalam kasus-kasus penyakit Paget.
Ditinjau oleh April Cashin-Garbutt, BA Hons (Cantab)
Las Vegas - Casino, Restaurants & Venue - JT Marriott
BalasHapusFind the perfect Las 시흥 출장안마 Vegas resort for your next trip. We have 제주도 출장안마 the best hotel deals 제주 출장마사지 on your trip! JT Marriott Las Vegas. With 밀양 출장안마 JT Marriott Las 여수 출장안마 Vegas,