Kamis, 14 Mei 2015

ASUHAN KEPERAWATAN OITITIS MEDIA



ASUHAN KEPERAWATAN OITITIS MEDIA 
DISUSUN OLEH :
1.      ARIK SUGIANTO
2.      DEWI SUSANTI
3.      LIANA TULIZZAH
4.      NUR RAHMAT R.
5.      RENZY AVIONITA P.
6.      YOGA RIDHO F.


PRODI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN AJARAN 2013/2014





KATA PENGANTAR
 


Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya dan juga sholawat serta salam atas junjungan nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW sehingga kami dari kelompok lima dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul ’’ ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG MATRA LAUT ( OITITIS MEDIA ) ’’ sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh dosen. Alhamdullilah atas usaha keras kami makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berisi tentang penjelasan mengenai teori tentang pengertian matra lait beserta kami akan paparkan tentang asuhan keperawatan mengenai matra laut yaitu penyakit oititis media.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari usaha dan kerja keras dari kelompok dua. Dengan kerjasama yang baik akhirnya makalah ini selesai sesuai yang diharapkan. Juga pihak yang terkait lainnya yaitu dosen pembimbing yang memberi arahan pada kami agar dapat terselesaikannya makalah ini dengan baik dan benar. Semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna untuk kami serta memberi pengetahuan luas bagi yang membaca.  Sebagai manusia kami mungkin mempunyai banyak kekurangan termasuk dalam membuat makalah ini. Kritik dan salam kami tunggu untuk lebih sempurnanya makalah ini. Atas perhatian kami ucapkan terima kasih

Penulis

Kelompok II

DAFTAR ISI

Kata pengantar ...........................................................................................................   2
Daftar isi ....................................................................................................................   3

Bab I Pendahuluan
   Latar belakang ........................................................................................................   4
   Rumusan masalah ...................................................................................................   6
   Tujuan .....................................................................................................................   6

Bab II Pembahasan
A)    Pengertian Leukimia………………...................................................................  7
B)    Jenis-jenis Leukimia………………………......................................................   8
C)    Anatomi fisiologi ...............................................................................................  8
D)    Etiologi ………………………………………..………………………………. 10
E)     Patway leukemia……….………………………..……………………………... 12
F)     Manifestasi klinis…………………………………...………………………….. 13
G)    Patofisiologis………………………………………...………………………… 13
H)    Teori asuhan keperawatan……………………………...……………………. .. 15
I)       Diagnosa Keperawatan…………………………………..……………………. 16
J)       Intervensi dan Rasional………………………………….…………………….. 17
K)    Implementasi…………………………………………….………………...…… 24
L)     Evaluasi……………………………………………………………………….... 24
    Bab III 
Tinjauan kasus……………………………………………………………………….. 26

Bab IV Penutup
   Kesimpulan ..............................................................................................................   38
   Saran ........................................................................................................................   39
Daftar Pustaka ............................................................................................................   40

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001). Otits media akut (OMA) dapat terjadi kare beberapa faktorpenyebab, seperti sumbatan tuba eustachius (merupakan penyebab utama darikejadian otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tubaeustachius terganggu), ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), karean penyelaman sehingga tekanan di telinga terganggu sehingga juga bisa menyebabkan oititis media dan bakteri( Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris).
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak mengalami serangan OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya (Berman, 1995).Menurut Teele (1991) dalam Commissoet al. (2000), 33% anak akan mengalamisekurang-kurangnya satu episode OMA pada usia 3 tahun pertama. Terdapat 70%anak usia kurang dari 15 tahun pernah mengalami satu episode OMA (Bluestone,1996). Faktanya, ditemukan bahwa otitis media menjadi penyebab 22,7% anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40% anak-anak pada usia 4 sampai dengan 5tahun yang datang berkunjung ke dokter anak. Selain itu, sekitar sepertigakunjungan ke dokter didiagnosa sebagai OMA dan sekitar 75% kunjungan balik ke dokter adalah untuk  follow-up penyakit otitis media tersebut (Teeleet al.,1989).
Menurut Casselbrant (1999) dalam Titisari (2005), menunjukkan bahwa19% hingga 62% anak-anak mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMAdalam tahun pertama kehidupannya dan sekitar 50-84% anak-anak mengalamipaling sedikit satu episode OMA ketika ia mencapai usia 3 tahun. Di AmerikaSerikat, insidens OMA tertinggi dicapai pada usia 0 sampai dengan 2 tahun,diikuti dengan anak-anak pada usia 5 tahun.

B.     Rumusan Masalah
1.      Mengetahui pengertian oititis media ?
2.      Mengetahui teori asuhan keperawatan pada oititis media ?
3.      Konsep keperawatan oititis media ?
4.      Mengetahiu tindakan yang harus dilakukan oleh perawat mengenai penyakit oititis media ?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada perawat khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan oititis media.











BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian oititis media
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid (Ahmad Mufti, 2005). Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun.
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yangdisebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah(Smeltzer, 2001). Otitis Media Akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruhperiosteum telinga tengah (Mansjoer,Arif,2001).
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).
Otitis media kronik adalah keradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani. Otitis media sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun. Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu :
a.       Otitis Media Akut
Otitis media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam telinga tengah dengan tanda dan gejala infeksi. Otitis media akut Adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah, yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama usia 3 bulan – 3 tahun.
b.      Otitis Media Serosa (Otitis media dengan efusi)
Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii. Pada penyakit ini, tidak ada agen penyebab definitive yang telah diidentifikasi, meskipun otitis media dengan efusi lebih banyak terdapat pada anak yang telah sembuh dari otitis media akut dan biasanya dikenal dengan “glue ear”. Bila terjadi pada orang dewasa, penyebab lain yang mendasari terjadinya disfungsi tuba eustachii harus dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat pada pasien setelah mengalami radioterapi dan barotrauma ( eg : penyelam ) dan pada pasien dengan disfungsi tuba eustachii akibat infeksi atau alergi saluran napas atas yang terjadi.
c.       Otitis Media Kronik
Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum penemuan antibiotic, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa. Sekarang, penggunaan antibiotic yang bijaksana pada otitis media akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang. Kebanyakan kasus mastoiditis akut sekarang ditemukan pada pasien yang tidak mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga yang tak ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa dari infeksi kronik ini, dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam ( epitel skuamosa ) dari lapisan luar membrane timpani ke telinga tengah. Kulit dari membrane timpani lateral membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah rusak dan bahan sebaseus. Kantong dapat melekat ke struktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralysis nervus fasialis ( N. Cranial VII ), kehilangan pendengaran sensorineural dan/ atau gangguan keseimbangan (akibat erosi telinga dalam) dan abses otak.

B.     Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yangdiebabkan oleh bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati tubaeustachius. Ketika bakteri memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkaninfeksi dan terjadi pembengkakan, peradangan pada saluran tersebut.
Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa.
Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.
Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akanmengalami nyeri pada telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua bulandapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higienekurang diperhatikan, terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanyadaya tahan tubuh yang kurang baik.

C.    Etiologi
Penyebab Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dariotitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tubaeustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telingatengah juga akan terganggu
ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya(misal : sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitisalergika). Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besarkemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMAdipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.
Bakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah :
-          Streptococcus peumoniae
-          Haemophylus influenza
-          Moraxella catarrhalis
-          Streptococcus hemolyticus
-          Staphylococcus aureus
-          E. coli
-          Pneumococcus vulgaris

WOC Oitistis Media
Organisme / bakteri & jamur

                                                      Telinga eksternal
 

Telinga tengah(tuba eustachi)
 

Infeksi sepanjang kulit kanal                          Proses Produksi terhambat

Bengkak, merah, panas                                                           Gangguan komunikasi
Menutup daerah kanal telinga
Terbentuk furunkel yang menekan kulit yang sensitive
Nyeri
                     nyeri makin berat dan tidak ada ruang untuk furunkel berkembang didaerahtelinga

                                                               telinga tengah



OM serosa memblok tuba eustachi                 OM puruten terbentuk pus

Tidak ada aliran udara ke telinga tengah                        mengisi ruang / rongga telinga

Karena ada penekannan erat


nyeri





Eksudat seruosa meningkat

Membrane tipani                                           

Reptur membrane tipani                    


Perubahan persepsi sensori

D.    Manisfestasi klinis
Manifestasi Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa. Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami perforasi.
-          Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
-          Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
-          Demam
-          Anoreksia
-          Limfadenopati servikal anterior

Manifestasi Otitis Media Serosa
Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.


Otitis Media Kronik
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.

E.     Anatomi fisiologi
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam merupakan organ yang pertama kali terbentuk mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada trimester pertengahan kehamilan. Sedangkan telinga tengah dan luar belum terbentuk sempurna saat kelahiran, akan tumbuh terus dan berubah bentuk sampai pubertas.
a.       Telinga dalam
Labirin mulai berdiferensiasi pada akhir minggu ketiga dengan munculnya plakoda otik (auditori). Dalam waktu kurang dari satu minggu plakoda tersebut mengalami invaginasi membentuk lekuk pendengaran, kemudian berdilatasi membentuk suaru kantong, selanjutnya tumbuh menjadi vesikula auditorius. Suatu proses migrasi, pertumbuhan dan elongasi vesikula kemudian berlangsung dan segera membuat lipatan pada dinding kantong yang secara jelas memberi batas tiga divisi utama vesikula auditorius yaitu sakus dan duktus endolimfarikus, utrikulus dengan duktus semi sirkuler dan sakulus dengan duktus koklea. Dari utrikulus kemudian timbul tiga tonjolan mirip gelang. Lapisan membran yang jauh dari perifer gelang diserap meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang. Sakulus kemudian membentuk duktus koklearis berbenruk spiral.Secara filogenetik organ-organ akhir khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam kanalis semisirkularis untuk membentuk krista. Di dalam utrikulus dan sakulus membentuk makula dan dalam koklea membentuk organon koiti. Diferensiasi ini berlangsung dari minggu keenam sampai ke 10 fetus, pada saat itu hubungan definitive seperfi telinga orang dewasa telah siap.
b.      Telinga Luar dan Tengah
Ruang telinga tengah, mastoid, permukaan dalam membijana timpani dan tuba. Eustachius berasal dari kantong faring pertama. Perkembangan prgan ini dimulai pada minggu keempat dan berlanjut sampai minggu ke 30 fetus, kecuali pneumatisasi mastoid yang terus berkembang sampai pubertas.
Osikel berasal dari mesoderm celah brankial pertama dan kedua, kecuali basis stapes yang berasal dari kapsul otik. Osikel berkembang mulai minggu kedelapan sampai mencapai bentuk- komplet pada minggu ke 26 fetus. Liang telinga luar berasal dari ektoderm celah brankial pertama.Membrana timpani mewakili membran penutup celah tersebut. Pada awalnya liang telinga luar tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan padat, akan tetapi akan mengalami rekanalisasi.

F.     Kompilikasi
Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi secarabenar dan adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengahtermasuk ke otak, namun ini jarang terjadi setelah adanya pemberianantibiotik.
-          Mastoiditis
-          Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
-          Keseimbangan tubuh terganggu
-          Peradangan otak kejang

G.    Penatalaksanaan
Penanganan local meliputi pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop dan alat penghisap. Pemberian antibiotika atau pemberian bubuk antibiotika sering membantu bila terdapat cairan purulen. Berbagai prosedur pembedahan dapat dilakukan bila dengan penanganan obat tidk efektif. Dapat dilakukan timpanoplasti dan yang paling sering adalah timpanoplasti-rekonstruksi bedah membrane timpani dan osikulus.
Tujuan dari timpanoplasti adalah mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup lubang perforasi, telinga tengah, mencegah infeksi berulang, dan memperbaiki pendengaran. Timpanoplasti dilakukan melalui kanalis auditorius eksternus, baik secara transkanal atau melalui insisi aurikuler. Isis telinga tengah diinspeksi secara teliti, dan hubungan antara osikulus dievalusi. Terputusnya rantai osikulus adalah yang paling sering terjadi pada otitis media, namun masalah rekonstruksi juga akan muncul dengan adanya malformasi telinga tengah dan dislokasi osikuler akibat cidera kepala. Perbaikan dramatis pendengaran dapat terjadi stelah penutupan lubang perforasi dan perbaikan kembali osikulus. Pembedahan biasanya dilakukan pada pasien rawat jalan dengan anesthesia umum.

H.    Pemeriksaan diagnostik
Yang sering dilakukan pada kasus otitis media kronis ini diantaranya meliputi :
-          Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
-          Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpany
-          Kultur dan uji sensitifitas: dilakukan bila dilakukan timpanosesntesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani)

I.       Terapi
Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas, dengan pemberianantibiotik dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
Ø  Stadium OklusiTujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan berkurang ditelinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5% dalamlarutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% (di atas 12 tahun danpada orang dewasa).
Ø  Stadium PresupurasiObat tetes hidung dan analgetika, antibiotika (biasanya dari golonganpenisilin/ampisilin).
Ø   Stadium SupurasiDisamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi bilamembran tympani masih utuh.
Ø  Stadium ResolusiMembran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi danperforasi membran tympani menutup.


J.      Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai.



K.    Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
a. Klien  tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.
c. Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d. Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Klien  beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, klien membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan klien tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j. Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.
k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan klien mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat (Wong. D.L, 2004).

























BAB III
TINJAUAN KASUS

No. Reg                       : -
Tanggal masuk            : 10-05-2013
Tanggal Dikaji             : 10-05-2013
Ruangan                      : Anggrek
Diagnosa Medis          : Leukemia

1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama               : Tn. M
Umur               : 30 tahun
Jenis Kelamin  : Laki-laki
Alamat             : Jl. Soekarno Hatta
Pendidikan      : SMA
Agama             : Islam
Anak ke           : 1
Penanggung Jawab
Nama               : Ny. N
Umur               : 53 tahun
Jenis Kelamin  : Perempuan
Alamat             : Jl. Soekarno Hatta
Pekerjaan         : Wiraswasta
Hub dgn klien  : Ibu kandung
b.Keluhan Utama
Klien datang dengan keluhan utama demam, lemah, tidak bertenaga dan nafsu makan menurun disertai mual dan muntah.
c. Riwayat Kesehatan

1.      Riwayat Kesehatan sekarang
Klien Tn. M masuk IGD Rumah sakit Z. Jakarta selatan pada tanggal 10 Mei 2013 diantar keluarga pukul 12.45 WIB dengan keluhan utama demam, lemah disertai dengan nafsu makan menurun dan rasa mual muntah. Keluhan tersebut dirasakan sejak 5 bulan terakhir, dan akhir-akhir ini sering disertai dengan suka pingsan. Pada saat perawat melakukan pengkajian tanggal 10 Mei 2013 pukul 13.30 Wib di ruangan Anggrek didapatkan bahwa  klien tampak pucat, lemah, pusing, berkunang saat berdiri  dan nafsu makan menurun, klien tampak gelisah.
2.      Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang dialami klien saat ini.
3.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam anggota keluarga klien, kakek klien pernah menderita penyakit yang sama dengan penyakit yang sedang diderita klien saat ini dan tidak ada yang mengalami penyakit menular.
d.      Pemeriksaan Fisik
a)      Keadaan Umum   : Lemah
b)      Kesadaran            : Compos Mentis
c)      TTV                      :
TD            : 110/70 mmHg
N              : 108x/menit
S               : 38,50C
RR            : 18x/menit
GC  :   E          = 4
M         = 6
V         = 5
JUMLAH : 15
d)     Kepala :
Inspeksi      : Warna rambut hitam, penyebaran merata, tidak terdapat ketombe/kotoran.
Palpasi        : Tidak terdapat benjolan.
e)      Mata :                                                                            
Inspeksi    : Tidak terdapat sekret, konjungtiva anemis, penglihatan baik.
f)       Hidung :                                                                                 
Inspeksi    : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat secret.
g)      Mulut :                                                                                    
Inspeksi : Mukosa bibir kering, pucat, tidak terdapat lesi.
h)      Telinga :
Inspeksi    : Bersih tidak terdapat serumen, tidak ada lesi.
 Palpasi     :  Tidak terdapat benjolan, tidak ada peradangan, pendengaran baik.
i)        Leher :
 Inspeksi   : warna kulit merata, tidak terdapat lesi.
 Palpasi     : tidak terdapat pembesaran venajugolaris pada leher
j)        Dada/Thorak :
Inspeksi    : Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan sekitar.
Palpasi        : Tidak terdapat benjolan, pengembangan paru kiri & kanan tidak sama.
Perkusi       : Bunyi jantung mur mur, bunyi paru resonances.
Auskultasi : Pernapasan bronchovesiculer.
k)      Abdomen :
Inspeksi   : Tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi, warna sama dengan sekitar.
Palpasi     : terdapat hepatomegali dan splenomegali.
Auskultasi : Bising usus 20x/menit.        
Perkusi     : Bunyi tympani.
l)        Genetalia :
Inspeksi    : Tidak terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat iritasi, bentuk simetris.
Palpasi      : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah perineal.
m)    Extremitas :
Atas    : Tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep & trisep baik.
            Bawah : Pergerakan lemah, reflek patela baik, reflek bisep & trisep baik.
n)      Kulit : pucat , turgor buruk, texture halus.

e.       Riwayat Psikososial
1.      Psikologi
Klien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya. Hubungan klien dengan  keluarga baik. Terlihat keluarga ramai menjenguk klien di Rumah Sakit.
2.      Sosial dan ekonomi
Klien bekerja sebagai wiraswasta, banyak kerabat klien mengunjungi klien ketika dirawat.
3.      Data Spiritual
Kepercayaan dan keyakinan klien terhadap agama cukup, sebelum sakit klien sering beribadah.
f.       Data Penunjang
Hb                   : 9,3  mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
Leukosit          : 24000 / mm3 (5000-10000/ mm3)
Trombosit       : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
SDP                 : 60.000/cm (50.000)
PT/PTT            : memanjang
Copper serum  : meningkat
Zink serum     : menurun

Kebiasaan Sehari-hari
No
KEBIASAAN
DIRUMAH
DIRUMAH SAKIT
1.








2.











3.



4.









5.
A. Nutrisi
- Makanan
       Frekuensi
       Jenis
       Masalah
- Minum
       Frekuensi
       Jenis
       Kebiasaan minum kopi
Pola Eliminasi
BAB
     Frekuensi
     Konsistensi
     Warna
     Bau
BAK
     Frekuensi
     Warna
     Gangguan BAK
     Jumlah
     Bau              
Istirahat dan tidur
     Tidur siang
     Tidur malam
     Gangguan tidur
     Personal Hygiene
-    Mandi
Frekuensi
Pakai Sabun
- Cuci Rambut
          Frekuensi
          Pakai shampo     
- Sikat gigi
          Frekuensi
          Pakai pasta
 Kebersihan
Aktivitas sehari-hari

3X sehari
1 porsi
Nasi + sayur
Tidak ada

6-7 gelas / hari
Air putih
Tidak ada


1x sehari
Lembek
Kuning
Khas

2 x sehari
Kuning
Tidak ada
1500 cc
Khas

Jarang
6-7 jam / hari
Tidak ada


2x / hari
Ya

3x / minggu
Ya

2x / hari
Ya
Aktivitas klien dilakukan secara mandiri

3X sehari
1/2 porsi
Nasi + Sayur
ada

2-3 gelas / hari
Air putih
Tidak ada


1x sehari
Agak keras
Kuning
Khas

1x sehari
Kuning
Tidak ada
1000 cc
Khas

4-5 jam / hari
5-6 jam / hari
Tidak ada


Hanya di Lap
Tidak

Tidak pernah
Tidak

Tidak pernah
Tidak pernah
Aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat


ANALISA DATA
              Nama               : Tn. M                                                           Ruangan          : Anggrek
              Umur               : 30 Tahun                                                      No. Register    : -
No.
Data Senjang
Interpretasi Data
Masalah
1.



















2.
DS :
  -   Klien mengeluh badannya terasa lemah
-  Klien mengatakan tidak nafsu makan
- klien mengatakan mual dan muntah
DO :
-          Klien tampak gelisah
-          Klien tampak pucat dan lemah
-          Turgor kulit jelek
-          Mukosa bibir kering
-          BB awal 55kg
-          BB sekarang 49kg
-          TB 160cm




DS :
-          Kilen mengatakan pusing
-          Klien mengatakan badannya lemah
-          Klien mengatakan berkunang saat berdiri
-          Klien mengatakan mengalami tanda-tanda ini sejak  5 bulan terakhir.
-          HB 9,3 gr / %
-          Leukosit 24000/mm3
DO :
-          Klien tampak lemah
-          Klien tampak pucat
-          Klien tampak anemis
-          Aktivitas klien tampak dibantu
Sel mesenkim
Sel blast, mioblast
Proliferasi SDP immatur
Akumulasi
Infiltrasi
Hati
Hematomegali
Gg nutrisi





Kegagalan sumsum tulang belakang
Produksi eritrosit menurun
Transfor nutrisi kejaringan menurun
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
Gangguan nutrisi



















Intoleransi aktivitas













DIAGNOSA KEPERAWATAN
              Nama               : Tn. M                                                           Ruangan          : Anggrek
              Umur               : 30 Tahun                                                      No. Register    : -
No
Diagnosa keperawatan
Tanggal ditemukan
Paraf
Tanggal teratasi
Paraf
1.




2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
10-05-13





10-05-13











INTERVENSI KEPERAWATAN
              Nama               : Tn. M                                                           Ruangan          : Anggrek
              Umur               : 30 Tahun                                                      No. Register    : -
No
dx
Tgl/jam
Tujuan dan kriteria hasil
Rencana Tindakan
Rasional
Paraf
1
10-05-13/ 14.00











Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil :
-          Klien  tidak tampak gelisah
-          Klien tidak pucat dan lemah
-          Turgor kulit baik
-          Mukosa bibir lembab
-          Tidak anoreksia
-          BB meningkat
1.      Dorong klien  untuk tetap rileks saat makan


2.      Izinkan klien  memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan klien meningkat
3.      Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual
4.      Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
5.      Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
6.      Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient








7.      Timbang BB, ukur TB
1.      Jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi
2.      Untuk mempertahankan nutrisi yang optimal



3.      untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi


4.      Untuk mendorong agar klien mau makan

5.      Karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6.      kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7.      membantu dan mengidentifikasikan malnutrisi kalori, khususnya bila BB kurang dari normal

2
11-05-13
15.00
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri. Dengan Kriteria hasil :
-          Kilen tidak pusing
-          Klien tidak lemah
-          Klien tidak berkunang saat berdiri
-          HB 12 gr / %
-          Leukosit normal
-          Klien tidak tampak pucat
-          Klien tidak tampak anemis
1.      Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
2.      Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan


3.      Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
4.      Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
5.      Kolaborasikan dengan pemberian transfusi darah
1.      Menentukan derajat dan efek ketidakmampuan



2.      Menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
3.      Mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemeliharaan intervensi
4.      Memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

Pemberian transfusi darah akan meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah


IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
              Nama               : Tn. M                                                           Ruangan          : Anggrek
              Umur               : 30 Tahun                                                      No. Register    : -
Tgl/jam
No
Tindakan Keperawatan
Respon hasil
Paraf
10-15-13
14.30




















15.30
1






















2
1.      Mendorong klien  untuk tetap rileks saat makan
2.      Mengizinkan klien  memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, merencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan klien meningkat
3.      Memberikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual
4.      Mengizinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
5.      Mendorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
6.      Mendorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
7.      Menimbang BB dan mengukur TB

1.      Mengevaluasi laporan kelemahan,memperhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
2.      Memberikan lingkungan tenang dan memerlukan istirahat tanpa gangguan
3.      Mengkaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
4.      Memberikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
5.      Mengkolaborasikan pemberian transfusi darah
-          Klien makan dengan rileks

-          Klien hanya menghabiskan 3/4 porsi makanannya

-          Nutrisi klien tercukupi
-          Klien memilih sendiri makanan yang ia inginkan sesuai dengan diit yang telah disarankan
-          Klien ingin memakan makanannya
-          Nutrisi klien tercukupi
-          BB klien 52kg dan TB 160cm



-          Klien tampak masih berbaring di tempat tidur

-          Lingkungan tenang, klien merasa nyaman

-          Klien tampak bersemangat

-          Klien mengikuti instruktur yang diberikan

-          Hb klien meningkat
 
























EVALUASI
              Nama               : Tn. M                                                           Ruangan          : Anggrek
              Umur               : 30 Tahun                                                      No. Register    : -
Tgl
No dx
Perkembangan
Paraf
13-05-13










13-05-13
1










2
S = -  Klien mengatakan sudah ada nafsu makan tapi sedikit
- klien mengatakan tidak mual dan muntah
O =- Klien masih tampak pucat dan lemah
-          Turgor kulit baik
-          Mukosa bibir lembab
-          BB awal 55kg
-          BB sekarang 52kg
-          TB 160cm
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilanjutkan
S = - Kilen mengatakan pusing
-          HB 10 gr / %
-          Leukosit 12.000/mm3
TD       : 120/70 mmHg
N          : 95x/menit
S          : 37,50C
RR       : 18x/menit
O =- Klien tampak lemah
-          Klien tampak pucat
-          Konjungtiva tampak anemis
-          Aktivitas klien tampak dibantu
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi dilanjutkan

























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Leukemia sering disebut penyakit kanker darah. Leukemia merupakan penyakit kanker akut atau menahun yang disebaban adanya satu tipe leukosit yang tidak matang atau berkembang biak secara ganas dalam sum-sum tulang belakang atau kelenjar-kelenjar limfa, kemudian menyebar kebagian-bagian tubuh lainnya. (Anis dyah rufaida, 2010). Leukimia atau kanker darah adalah keganasan pada organ pembuat sel darah, berupa proliferasi patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan disertai infiltrasi keorgan-organ lain.
Ø  Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi frekunsi leukemia antara lain sbb:
ü  Radiasi.
ü  Faktor leukemogenik.
ü  Penyebaran penyakit.
ü  Penyakit tertentu yang dimiliki.
ü  Infeksi virus.
Ø  Pengobatan atau penanganan leukemia juga dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A dan C, serta buah-buahan dan sayuran yang mengandung banyak serat seperti buah stroberi. Kandungan pektin dan asam tanat yang terdapat dalam stroberi dapat menyerap dan mencegah serapan zat kimia yang menyebabkan kanker di dalam tubuh.






B.     Saran
Sebagai perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien untuk bertahan hidup, dan menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi yang dianjurkan.
Selain itu juga perawat harus memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi dampak yang terjadi pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada penderita leukemia maupun penderita kanker lainnya.











DAFTAR PUSTAKA



Prof.Iman Supandiman, dr.Els Anggraeni, dkk. 1997. Pedoman Terapi Hematologi Onkologi. Bandung : Alumni.
Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan Penyakit. Jakarta : Pustaka Bunda.
Robbins dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi 1. Jakarta : Buku Kedokteran.
Yatim, Faisal. 2003. Talasemia Leukemia dan Anemia. Jakarta : Pustaka Populer Obor.
Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, dan Siti Setiati. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta Pusat : Interna Publishing.



                                                                                                                                                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar