ASUHAN
KEPERAWATAN OITITIS MEDIA
DISUSUN OLEH :
1.
ARIK
SUGIANTO
2.
DEWI
SUSANTI
3.
LIANA
TULIZZAH
4.
NUR
RAHMAT R.
5.
RENZY
AVIONITA P.
6.
YOGA
RIDHO F.
PRODI
SI KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI
HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN
AJARAN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas
Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya dan juga
sholawat serta salam atas junjungan nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW sehingga
kami dari kelompok lima dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul
’’ ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG MATRA LAUT ( OITITIS MEDIA ) ’’ sesuai dengan
petunjuk yang diberikan oleh dosen. Alhamdullilah atas usaha keras kami makalah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berisi tentang penjelasan
mengenai teori tentang pengertian matra lait beserta kami akan paparkan tentang
asuhan keperawatan mengenai matra laut yaitu penyakit oititis media.
Selesainya makalah ini tidak terlepas
dari usaha dan kerja keras dari kelompok dua. Dengan kerjasama yang baik
akhirnya makalah ini selesai sesuai yang diharapkan. Juga pihak yang terkait
lainnya yaitu dosen pembimbing yang memberi arahan pada kami agar dapat
terselesaikannya makalah ini dengan baik dan benar. Semoga makalah yang
sederhana ini dapat berguna untuk kami serta memberi pengetahuan luas bagi yang
membaca. Sebagai manusia kami mungkin
mempunyai banyak kekurangan termasuk dalam membuat makalah ini. Kritik dan
salam kami tunggu untuk lebih sempurnanya makalah ini. Atas perhatian kami
ucapkan terima kasih
Penulis
Kelompok
II
DAFTAR ISI
Kata
pengantar
........................................................................................................... 2
Daftar
isi .................................................................................................................... 3
Bab
I Pendahuluan
Latar belakang
........................................................................................................ 4
Rumusan masalah
................................................................................................... 6
Tujuan
..................................................................................................................... 6
Bab
II Pembahasan
A)
Pengertian Leukimia………………................................................................... 7
B)
Jenis-jenis
Leukimia………………………...................................................... 8
C)
Anatomi
fisiologi ............................................................................................... 8
D)
Etiologi
………………………………………..……………………………….
10
E)
Patway leukemia……….………………………..……………………………... 12
F)
Manifestasi
klinis…………………………………...………………………….. 13
G)
Patofisiologis………………………………………...………………………… 13
H)
Teori asuhan keperawatan……………………………...……………………. .. 15
I) Diagnosa Keperawatan…………………………………..……………………. 16
J) Intervensi dan Rasional………………………………….…………………….. 17
K) Implementasi…………………………………………….………………...…… 24
L) Evaluasi……………………………………………………………………….... 24
Bab
III
Tinjauan kasus……………………………………………………………………….. 26
Bab IV Penutup
Kesimpulan
.............................................................................................................. 38
Saran
........................................................................................................................ 39
Daftar
Pustaka
............................................................................................................ 40
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Otitis Media
Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya
bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001). Otits media akut
(OMA) dapat terjadi kare beberapa faktorpenyebab, seperti sumbatan tuba
eustachius (merupakan penyebab utama darikejadian otitis media yang menyebabkan
pertahanan tubuh pada silia mukosa tubaeustachius terganggu), ISPA (infeksi
saluran pernafasan atas), karean penyelaman sehingga tekanan di telinga
terganggu sehingga juga bisa menyebabkan oititis media dan bakteri(
Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,dan
bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus
aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris).
Di Amerika
Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak mengalami serangan OMA
pada 2 tahun pertama kehidupannya (Berman, 1995).Menurut Teele (1991) dalam
Commissoet al. (2000), 33% anak akan mengalamisekurang-kurangnya satu episode
OMA pada usia 3 tahun pertama. Terdapat 70%anak usia kurang dari 15 tahun
pernah mengalami satu episode OMA (Bluestone,1996). Faktanya, ditemukan bahwa
otitis media menjadi penyebab 22,7% anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40%
anak-anak pada usia 4 sampai dengan 5tahun yang datang berkunjung ke dokter anak.
Selain itu, sekitar sepertigakunjungan ke dokter didiagnosa sebagai OMA dan
sekitar 75% kunjungan balik ke dokter adalah untuk follow-up penyakit otitis media tersebut
(Teeleet al.,1989).
Menurut
Casselbrant (1999) dalam Titisari (2005), menunjukkan bahwa19% hingga 62%
anak-anak mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMAdalam tahun pertama
kehidupannya dan sekitar 50-84% anak-anak mengalamipaling sedikit satu episode
OMA ketika ia mencapai usia 3 tahun. Di AmerikaSerikat, insidens OMA tertinggi
dicapai pada usia 0 sampai dengan 2 tahun,diikuti dengan anak-anak pada usia 5
tahun.
B.
Rumusan Masalah
1. Mengetahui pengertian oititis media ?
2. Mengetahui teori asuhan keperawatan pada oititis
media ?
3. Konsep keperawatan oititis media ?
4. Mengetahiu tindakan yang harus dilakukan
oleh perawat mengenai penyakit oititis media ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk memberikan informasi kepada perawat khususnya dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan oititis media.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
oititis media
Otitis media
adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
antrum mastoid dan sel-sel mastoid (Ahmad Mufti, 2005). Otitis media adalah
inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media sebenarnya adalah diagnosa
yang paling sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun.
Otitis Media
Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yangdisebabkan karena masuknya
bakteri patogenik ke dalam telinga tengah(Smeltzer, 2001). Otitis Media Akut
adalah peradangan akut sebagian atau seluruhperiosteum telinga tengah
(Mansjoer,Arif,2001).
Otitis media
adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah
infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang
dewasa (Soepardi, 1998).
Otitis media
kronik adalah keradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di
dalam kavum timpani. Otitis media sering dijumpai pada anak – anak di bawah
usia 15 tahun. Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di
klinik, yaitu :
a.
Otitis
Media Akut
Otitis media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam
telinga tengah dengan tanda dan gejala infeksi. Otitis media akut Adalah
peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah, yang
disebabkan oleh bakteri atau virus. Otitis media akut bisa terjadi pada semua
usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama usia 3 bulan – 3
tahun.
b.
Otitis
Media Serosa (Otitis media dengan efusi)
Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di
dalam telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori,
cairan ini sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang disebabkan
oleh obstruksi tuba eustachii. Pada penyakit ini, tidak ada agen penyebab
definitive yang telah diidentifikasi, meskipun otitis media dengan efusi lebih
banyak terdapat pada anak yang telah sembuh dari otitis media akut dan biasanya
dikenal dengan “glue ear”. Bila terjadi pada orang dewasa, penyebab lain yang
mendasari terjadinya disfungsi tuba eustachii harus dicari. Efusi telinga
tengah sering terlihat pada pasien setelah mengalami radioterapi dan barotrauma
( eg : penyelam ) dan pada pasien dengan disfungsi tuba eustachii akibat
infeksi atau alergi saluran napas atas yang terjadi.
c.
Otitis
Media Kronik
Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan
patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang
otitis media akut yang tak tertangani. Sering berhubungan dengan perforasi
menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya mengakibatkan
kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir
selalu melibatkan mastoid. Sebelum penemuan antibiotic, infeksi mastoid
merupakan infeksi yang mengancam jiwa. Sekarang, penggunaan antibiotic yang
bijaksana pada otitis media akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut
menjadi jarang. Kebanyakan kasus mastoiditis akut sekarang ditemukan pada
pasien yang tidak mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami
infeksi telinga yang tak ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan
beberapa dari infeksi kronik ini, dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma,
yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam ( epitel skuamosa ) dari lapisan luar
membrane timpani ke telinga tengah. Kulit dari membrane timpani lateral
membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah rusak dan bahan
sebaseus. Kantong dapat melekat ke struktur telinga tengah dan mastoid. Bila
tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralysis
nervus fasialis ( N. Cranial VII ), kehilangan pendengaran sensorineural dan/
atau gangguan keseimbangan (akibat erosi telinga dalam) dan abses otak.
B.
Patofisiologi
Otitis media
sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yangdiebabkan oleh
bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati tubaeustachius. Ketika
bakteri memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkaninfeksi dan terjadi
pembengkakan, peradangan pada saluran tersebut.
Umumnya otitis
media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus
yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran
timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada
mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh
hiperplasi limfoid pada submukosa.
Gangguan
ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan
transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan
terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya
faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan
progresivitas penyakit.
Selain
mengalami gangguan pendengaran, klien juga akanmengalami nyeri pada
telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua
bulandapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor
higienekurang diperhatikan, terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat,
dan adanyadaya tahan tubuh yang kurang baik.
C.
Etiologi
Penyebab
Disfungsi atau
sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dariotitis media yang
menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tubaeustachius terganggu,
sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telingatengah juga akan terganggu
ISPA (infeksi
saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya(misal : sinusitis,
hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitisalergika). Pada anak-anak,
makin sering terserang ISPA, makin besarkemungkinan terjadinya otitis media
akut (OMA). Pada bayi, OMAdipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar,
dan letaknya agak horisontal.
Bakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah
:
-
Streptococcus
peumoniae
-
Haemophylus
influenza
-
Moraxella
catarrhalis
-
Streptococcus
hemolyticus
-
Staphylococcus
aureus
-
E.
coli
-
Pneumococcus
vulgaris
WOC Oitistis Media
Organisme / bakteri & jamur
Telinga eksternal
Telinga tengah(tuba eustachi)
Infeksi sepanjang kulit kanal Proses Produksi
terhambat
Bengkak, merah, panas Gangguan
komunikasi
Menutup daerah kanal telinga
Terbentuk furunkel yang menekan
kulit yang sensitive
Nyeri
nyeri
makin berat dan tidak ada ruang untuk furunkel berkembang didaerahtelinga
telinga tengah
OM serosa memblok tuba eustachi OM puruten terbentuk pus
Tidak ada aliran udara ke telinga tengah mengisi ruang / rongga
telinga
Karena ada penekannan erat
nyeri
Eksudat seruosa meningkat
Membrane tipani
Reptur membrane tipani
Perubahan persepsi sensori
D.
Manisfestasi
klinis
Manifestasi Otitis Media Akut
Gejala otitis
media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan
sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.
Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat
dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif
atau negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke
otoskop ), dapat mengalami perforasi.
-
Otorrhea,
bila terjadi rupture membrane tymphani
-
Keluhan
nyeri telinga ( otalgia )
-
Demam
-
Anoreksia
-
Limfadenopati
servikal anterior
Manifestasi Otitis Media Serosa
Pasien mungkin
mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam telinga atau
perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi ketika
tuba eustachii berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam (warna kuning
redup sampai abu-abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung
udara dalam telinga tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya kehilangan
pendengaran konduktif.
Otitis Media Kronik
Gejala dapat
minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea
intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali
pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan
dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan
nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan
kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani
atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat
juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada
kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau
campuran.
E.
Anatomi
fisiologi
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga
luar, tengah dan dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam merupakan organ
yang pertama kali terbentuk mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada
trimester pertengahan kehamilan. Sedangkan telinga tengah dan luar belum
terbentuk sempurna saat kelahiran, akan tumbuh terus dan berubah bentuk sampai
pubertas.
a. Telinga dalam
Labirin
mulai berdiferensiasi pada akhir minggu ketiga dengan munculnya plakoda otik
(auditori). Dalam waktu kurang dari satu minggu plakoda tersebut mengalami
invaginasi membentuk lekuk pendengaran, kemudian berdilatasi membentuk suaru
kantong, selanjutnya tumbuh menjadi vesikula auditorius. Suatu proses migrasi, pertumbuhan
dan elongasi vesikula kemudian berlangsung dan segera membuat lipatan pada
dinding kantong yang secara jelas memberi batas tiga divisi utama vesikula
auditorius yaitu sakus dan duktus endolimfarikus, utrikulus dengan duktus semi
sirkuler dan sakulus dengan duktus koklea. Dari utrikulus kemudian timbul tiga
tonjolan mirip gelang. Lapisan membran yang jauh dari perifer gelang diserap
meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang. Sakulus kemudian
membentuk duktus koklearis berbenruk spiral.Secara filogenetik organ-organ
akhir khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam
kanalis semisirkularis untuk membentuk krista. Di dalam utrikulus dan sakulus
membentuk makula dan dalam koklea membentuk organon koiti. Diferensiasi ini
berlangsung dari minggu keenam sampai ke 10 fetus, pada saat itu hubungan
definitive seperfi telinga orang dewasa telah siap.
b. Telinga Luar dan Tengah
Ruang
telinga tengah, mastoid, permukaan dalam membijana timpani dan tuba. Eustachius
berasal dari kantong faring pertama. Perkembangan prgan ini dimulai pada minggu
keempat dan berlanjut sampai minggu ke 30 fetus, kecuali pneumatisasi mastoid
yang terus berkembang sampai pubertas.
Osikel
berasal dari mesoderm celah brankial pertama dan kedua, kecuali basis stapes
yang berasal dari kapsul otik. Osikel berkembang mulai minggu kedelapan sampai
mencapai bentuk- komplet pada minggu ke 26 fetus. Liang telinga luar berasal
dari ektoderm celah brankial pertama.Membrana timpani mewakili membran penutup
celah tersebut. Pada awalnya liang telinga luar tertutup sama sekali oleh suatu
sumbatan jaringan padat, akan tetapi akan mengalami rekanalisasi.
F.
Kompilikasi
Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi
secarabenar dan adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga
tengahtermasuk ke otak, namun ini jarang terjadi setelah adanya
pemberianantibiotik.
-
Mastoiditis
-
Kehilangan
pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
-
Keseimbangan
tubuh terganggu
-
Peradangan
otak kejang
G.
Penatalaksanaan
Penanganan local meliputi pembersihan hati-hati telinga menggunakan
mikroskop dan alat penghisap. Pemberian antibiotika atau pemberian bubuk
antibiotika sering membantu bila terdapat cairan purulen. Berbagai prosedur
pembedahan dapat dilakukan bila dengan penanganan obat tidk efektif. Dapat
dilakukan timpanoplasti dan yang paling sering adalah
timpanoplasti-rekonstruksi bedah membrane timpani dan osikulus.
Tujuan dari timpanoplasti adalah mengembalikan fungsi telinga
tengah, menutup lubang perforasi, telinga tengah, mencegah infeksi berulang,
dan memperbaiki pendengaran. Timpanoplasti dilakukan melalui kanalis auditorius
eksternus, baik secara transkanal atau melalui insisi aurikuler. Isis telinga
tengah diinspeksi secara teliti, dan hubungan antara osikulus dievalusi.
Terputusnya rantai osikulus adalah yang paling sering terjadi pada otitis
media, namun masalah rekonstruksi juga akan muncul dengan adanya malformasi
telinga tengah dan dislokasi osikuler akibat cidera kepala. Perbaikan dramatis
pendengaran dapat terjadi stelah penutupan lubang perforasi dan perbaikan
kembali osikulus. Pembedahan biasanya dilakukan pada pasien rawat jalan dengan
anesthesia umum.
H.
Pemeriksaan
diagnostik
Yang sering dilakukan pada kasus otitis media kronis ini
diantaranya meliputi :
-
Otoscope
untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
-
Timpanogram
untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpany
-
Kultur
dan uji sensitifitas: dilakukan bila dilakukan timpanosesntesis (Aspirasi jarum
dari telinga tengah melalui membrane timpani)
I.
Terapi
Terapi
tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan
untuk mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas, dengan pemberianantibiotik
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
Ø Stadium OklusiTujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga
tekanan berkurang ditelinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung, HCl
efedrin 0,5% dalamlarutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1%
(di atas 12 tahun danpada orang dewasa).
Ø Stadium PresupurasiObat tetes hidung dan analgetika, antibiotika
(biasanya dari golonganpenisilin/ampisilin).
Ø Stadium SupurasiDisamping
antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi bilamembran tympani
masih utuh.
Ø Stadium ResolusiMembran tympani berangsur normal kembali, sekret
tidak ada lagi danperforasi membran tympani menutup.
J.
Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan
dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang
efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan
dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah
ditentukan dapat tercapai.
K.
Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan
pada klien dengan leukemia adalah :
a.
Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai
tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.
c.
Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d.
Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak
mengalami mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus
menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g.
Klien beristirahat dengan tenang, tidak
melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan
perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i.
Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan
dengan kerontokan rambut, klien membantu menentukan metode untuk
mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan klien tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j.
Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang
prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta
kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.
k.
Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan
klien mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka
pada tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat (Wong.
D.L, 2004).
BAB III
TINJAUAN
KASUS
No.
Reg
: -
Tanggal
masuk : 10-05-2013
Tanggal Dikaji : 10-05-2013
Ruangan
: Anggrek
Diagnosa
Medis : Leukemia
1 Pengkajian
a. Identitas
Klien
Nama
: Tn. M
Umur
: 30 tahun
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Alamat
: Jl. Soekarno Hatta
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Anak
ke : 1
Penanggung
Jawab
Nama
:
Ny. N
Umur :
53 tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Alamat :
Jl. Soekarno Hatta
Pekerjaan :
Wiraswasta
Hub dgn
klien : Ibu kandung
b.Keluhan
Utama
Klien datang
dengan keluhan utama demam, lemah, tidak bertenaga dan nafsu makan menurun
disertai mual dan muntah.
c. Riwayat
Kesehatan
1.
Riwayat
Kesehatan sekarang
Klien Tn. M masuk IGD Rumah sakit Z.
Jakarta selatan pada tanggal 10 Mei 2013 diantar keluarga pukul 12.45 WIB
dengan keluhan utama demam, lemah disertai dengan nafsu makan menurun dan rasa
mual muntah. Keluhan tersebut dirasakan sejak 5 bulan terakhir, dan akhir-akhir ini sering
disertai dengan suka pingsan. Pada saat perawat melakukan
pengkajian tanggal 10 Mei 2013 pukul 13.30 Wib di ruangan Anggrek didapatkan
bahwa klien tampak pucat, lemah, pusing, berkunang saat berdiri dan
nafsu makan menurun, klien tampak gelisah.
2. Riwayat
Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien belum pernah masuk
rumah sakit dengan penyakit yang dialami klien saat ini.
3. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Dalam anggota keluarga klien, kakek
klien pernah menderita penyakit yang sama dengan penyakit yang sedang diderita
klien saat ini dan tidak ada yang mengalami penyakit menular.
d. Pemeriksaan
Fisik
a) Keadaan Umum : Lemah
b) Kesadaran
: Compos Mentis
c) TTV
:
TD
: 110/70 mmHg
N
: 108x/menit
S
: 38,50C
RR
: 18x/menit
GC : E = 4
M
= 6
V
= 5
JUMLAH : 15
d) Kepala :
Inspeksi : Warna rambut hitam, penyebaran merata, tidak
terdapat ketombe/kotoran.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan.
e)
Mata :
Inspeksi : Tidak
terdapat sekret, konjungtiva anemis, penglihatan baik.
f)
Hidung :
Inspeksi : Bentuk
simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat secret.
g)
Mulut :
Inspeksi : Mukosa bibir kering, pucat, tidak
terdapat lesi.
h)
Telinga :
Inspeksi : Bersih
tidak terdapat serumen, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak ada peradangan, pendengaran baik.
i)
Leher :
Inspeksi : warna
kulit merata, tidak terdapat lesi.
Palpasi : tidak terdapat pembesaran venajugolaris pada leher
j)
Dada/Thorak :
Inspeksi : Bentuk
dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan sekitar.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, pengembangan paru kiri & kanan tidak sama.
Perkusi : Bunyi jantung mur mur, bunyi paru resonances.
Auskultasi : Pernapasan bronchovesiculer.
k)
Abdomen :
Inspeksi : Tidak
terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi, warna sama dengan sekitar.
Palpasi : terdapat
hepatomegali dan splenomegali.
Auskultasi : Bising usus 20x/menit.
Perkusi : Bunyi
tympani.
l)
Genetalia :
Inspeksi : Tidak
terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat iritasi, bentuk simetris.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah perineal.
m)
Extremitas :
Atas : Tangan
kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep & trisep baik.
Bawah : Pergerakan lemah, reflek patela baik, reflek bisep & trisep
baik.
n)
Kulit : pucat , turgor buruk, texture halus.
e.
Riwayat
Psikososial
1.
Psikologi
Klien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya. Hubungan klien dengan keluarga baik. Terlihat keluarga ramai menjenguk klien di Rumah Sakit.
2.
Sosial dan ekonomi
Klien bekerja sebagai wiraswasta, banyak kerabat klien mengunjungi klien ketika dirawat.
3. Data Spiritual
Kepercayaan dan keyakinan klien terhadap agama cukup, sebelum sakit klien
sering beribadah.
f.
Data
Penunjang
Hb
: 9,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
Leukosit
: 24000 / mm3 (5000-10000/ mm3)
Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
SDP
: 60.000/cm (50.000)
PT/PTT
: memanjang
Copper
serum : meningkat
Zink serum :
menurun
Kebiasaan
Sehari-hari
|
No
|
KEBIASAAN
|
DIRUMAH
|
DIRUMAH SAKIT
|
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
A. Nutrisi
- Makanan
Frekuensi
Jenis
Masalah
- Minum
Frekuensi
Jenis
Kebiasaan minum kopi
Pola
Eliminasi
BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
Bau
BAK
Frekuensi
Warna
Gangguan BAK
Jumlah
Bau
Istirahat dan
tidur
Tidur siang
Tidur malam
Gangguan tidur
Personal Hygiene
- Mandi
Frekuensi
Pakai Sabun
- Cuci Rambut
Frekuensi
Pakai shampo
- Sikat gigi
Frekuensi
Pakai pasta
Kebersihan
Aktivitas sehari-hari
|
3X sehari
1 porsi
Nasi + sayur
Tidak ada
6-7 gelas / hari
Air putih
Tidak ada
1x sehari
Lembek
Kuning
Khas
2 x sehari
Kuning
Tidak ada
1500 cc
Khas
Jarang
6-7 jam /
hari
Tidak ada
2x / hari
Ya
3x / minggu
Ya
2x / hari
Ya
Aktivitas
klien dilakukan secara mandiri
|
3X sehari
1/2 porsi
Nasi + Sayur
ada
2-3 gelas / hari
Air putih
Tidak ada
1x sehari
Agak keras
Kuning
Khas
1x sehari
Kuning
Tidak ada
1000 cc
Khas
4-5 jam / hari
5-6 jam / hari
Tidak ada
Hanya di
Lap
Tidak
Tidak pernah
Tidak
Tidak pernah
Tidak pernah
Aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat
|
ANALISA DATA
Nama
: Tn. M
Ruangan : Anggrek
Umur
: 30
Tahun
No. Register : -
|
No.
|
Data Senjang
|
Interpretasi Data
|
Masalah
|
|
1.
2.
|
DS :
- Klien mengeluh badannya terasa lemah
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- klien
mengatakan mual dan muntah
DO :
-
Klien tampak gelisah
-
Klien tampak pucat dan lemah
-
Turgor kulit jelek
-
Mukosa bibir kering
-
BB awal 55kg
-
BB sekarang 49kg
-
TB 160cm
DS :
-
Kilen mengatakan pusing
-
Klien mengatakan badannya lemah
-
Klien mengatakan berkunang saat berdiri
-
Klien mengatakan mengalami tanda-tanda ini
sejak 5 bulan terakhir.
-
HB 9,3 gr / %
-
Leukosit 24000/mm3
DO :
-
Klien tampak lemah
-
Klien tampak pucat
-
Klien tampak anemis
-
Aktivitas klien tampak dibantu
|
Sel
mesenkim
↓
Sel blast,
mioblast
↓
Proliferasi
SDP immatur
↓
Akumulasi
↓
Infiltrasi
↓
Hati
↓
Hematomegali
↓
Gg nutrisi
Kegagalan sumsum tulang belakang
↓
Produksi eritrosit menurun
↓
Transfor nutrisi kejaringan menurun
↓
Kelemahan
↓
Intoleransi aktivitas
|
Gangguan
nutrisi
Intoleransi
aktivitas
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama
: Tn. M
Ruangan : Anggrek
Umur
: 30
Tahun
No. Register : -
|
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tanggal ditemukan
|
Paraf
|
Tanggal teratasi
|
Paraf
|
|
1.
2.
|
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan
muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia |
10-05-13
10-05-13 |
|
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama
: Tn. M
Ruangan : Anggrek
Umur
: 30 Tahun
No. Register : -
|
No
dx
|
Tgl/jam
|
Tujuan dan kriteria hasil
|
Rencana Tindakan
|
Rasional
|
Paraf
|
|
1
|
10-05-13/
14.00
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil :
-
Klien tidak
tampak gelisah
-
Klien tidak pucat dan lemah
-
Turgor kulit baik
-
Mukosa bibir lembab
-
Tidak anoreksia
-
BB meningkat
|
1.
Dorong klien untuk
tetap rileks saat makan
2.
Izinkan klien memakan
semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki kualitas
gizi pada saat selera makan klien meningkat
3.
Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk
atau suplemen yang dijual
4.
Izinkan klien untuk
terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
5.
Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
6.
Dorong klien untuk
makan diet tinggi kalori kaya nutrient
7.
Timbang BB, ukur TB
|
1. Jelaskan
bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta
kemoterapi
2. Untuk
mempertahankan nutrisi yang optimal
3.
untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4.
Untuk mendorong agar klien mau makan
5.
Karena jumlah yang kecil
biasanya ditoleransi dengan baik
6.
kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7.
membantu dan mengidentifikasikan malnutrisi kalori,
khususnya bila BB kurang dari normal
|
|
|
2
|
11-05-13
15.00 |
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri. Dengan Kriteria hasil :
-
Kilen tidak pusing
-
Klien tidak lemah
-
Klien tidak berkunang saat berdiri
-
HB 12 gr / %
-
Leukosit normal
-
Klien tidak tampak pucat
-
Klien tidak tampak anemis
|
1.
Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
2.
Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
3.
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan
4.
Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
5.
Kolaborasikan dengan pemberian transfusi darah
|
1.
Menentukan derajat dan efek
ketidakmampuan
2.
Menghemat energi untuk
aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
3.
Mengidentifikasi kebutuhan
individual dan membantu pemeliharaan intervensi
4.
Memaksimalkan sediaan energi
untuk tugas perawatan diri
Pemberian
transfusi darah akan meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah
|
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Nama
: Tn. M
Ruangan : Anggrek
Umur
: 30
Tahun
No. Register : -
|
Tgl/jam
|
No
|
Tindakan Keperawatan
|
Respon hasil
|
Paraf
|
|
10-15-13
14.30 15.30 |
1
2 |
1.
Mendorong klien untuk tetap rileks saat makan
2.
Mengizinkan klien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, merencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan klien meningkat
3.
Memberikan makanan yang disertai
suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual
4.
Mengizinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
5.
Mendorong masukan nutrisi dengan
jumlah sedikit tapi sering
6.
Mendorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
7.
Menimbang BB dan mengukur TB
1.
Mengevaluasi
laporan kelemahan,memperhatikan ketidakmampuan
untuk berpartisipasi dalam aktifitas
sehari-hari
2.
Memberikan lingkungan tenang dan
memerlukan istirahat
tanpa gangguan
3.
Mengkaji
kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
4.
Memberikan bantuan dalam aktifitas
sehari-hari dan ambulasi
5.
Mengkolaborasikan pemberian transfusi darah
|
-
Klien makan dengan rileks
-
Klien hanya menghabiskan 3/4 porsi makanannya
-
Nutrisi klien tercukupi
-
Klien memilih sendiri makanan yang ia inginkan
sesuai dengan diit yang telah disarankan
-
Klien ingin memakan makanannya
-
Nutrisi klien tercukupi
-
BB klien 52kg dan TB 160cm
-
Klien tampak masih berbaring di tempat tidur
-
Lingkungan tenang, klien merasa nyaman
-
Klien tampak bersemangat
-
Klien mengikuti instruktur yang diberikan
-
Hb klien meningkat
|
|
EVALUASI
Nama
: Tn. M
Ruangan : Anggrek
Umur
: 30
Tahun
No. Register : -
|
Tgl
|
No dx
|
Perkembangan
|
Paraf
|
|
13-05-13
13-05-13 |
1
2
|
S = - Klien mengatakan sudah ada nafsu makan tapi sedikit
- klien
mengatakan tidak mual dan muntah
O =- Klien masih tampak pucat
dan lemah
-
Turgor kulit baik
-
Mukosa bibir lembab
-
BB awal 55kg
-
BB sekarang 52kg
-
TB 160cm
A =
Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilanjutkan
S = - Kilen mengatakan
pusing
-
HB 10 gr / %
-
Leukosit 12.000/mm3
TD : 120/70 mmHg
N : 95x/menit
S : 37,50C
RR : 18x/menit
O =- Klien tampak lemah
-
Klien tampak pucat
-
Konjungtiva tampak anemis
-
Aktivitas klien tampak dibantu
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi dilanjutkan
|
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Leukemia
sering disebut penyakit kanker darah. Leukemia merupakan penyakit kanker akut
atau menahun yang disebaban adanya satu tipe leukosit yang tidak matang atau
berkembang biak secara ganas dalam sum-sum tulang belakang atau
kelenjar-kelenjar limfa, kemudian menyebar kebagian-bagian tubuh lainnya. (Anis
dyah rufaida, 2010).
Leukimia atau kanker darah adalah
keganasan pada organ pembuat sel darah, berupa proliferasi patologis sel
hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk
sel darah normal dan disertai infiltrasi keorgan-organ lain.
Ø Penyebab
leukemia belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi frekunsi leukemia antara lain sbb:
ü Radiasi.
ü Faktor
leukemogenik.
ü Penyebaran penyakit.
ü Penyakit
tertentu yang dimiliki.
ü Infeksi
virus.
Ø Pengobatan
atau penanganan leukemia juga dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin A dan C, serta buah-buahan dan sayuran yang mengandung
banyak serat seperti buah stroberi. Kandungan pektin dan asam tanat yang
terdapat dalam stroberi dapat menyerap dan mencegah serapan zat kimia yang menyebabkan
kanker di dalam tubuh.
B. Saran
Sebagai
perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien untuk bertahan hidup,
dan menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap
kemungkinan buruk yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk mengikuti
terapi yang dianjurkan.
Selain itu juga perawat harus
memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi dampak yang terjadi pada saat
memberikan pelayanan kesehatan pada penderita leukemia maupun penderita kanker
lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Prof.Iman
Supandiman, dr.Els Anggraeni, dkk. 1997. Pedoman Terapi Hematologi Onkologi.
Bandung : Alumni.
Prof. H. M.
Hembing Wijayakusuma. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan Penyakit. Jakarta :
Pustaka Bunda.
Robbins dan
Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi 1. Jakarta : Buku Kedokteran.
Yatim, Faisal.
2003. Talasemia Leukemia dan Anemia. Jakarta : Pustaka Populer Obor.
Aru W. Sudoyo,
Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, dan Siti Setiati.
2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta Pusat : Interna
Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar