Kamis, 14 Mei 2015

ASUHAN KEPERAWATAN HERPES SIMPLEKS



ASUHAN KEPERAWATAN HERPES SIMPLEKS

 

DISUSUN OLEH :
1.      Nur Rahmat R                     ( 201202039 )
2.      Andriani Norrita S              ( 201202004 )
3.      Riske Dwi H.                        ( 201202048 )
4.      Febriansyah M. P.               ( 201202018 )
5.      Beuty Joanita P.                   ( 201202010 )
6.      Yoga Ridho F.                      ( 201202059 )
7.      Renzy Avionita                    ( 201202044 )


PRODI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN AJARAN 2014/2015


KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya dan juga sholawat serta salam atas junjungan nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW sehingga kami dari kelompok enam dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul ’’ ASUHAN KEPERAWATAN HERPES SIMPLEKS ’’ sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh dosen. Alhamdullilah atas usaha keras kami makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berisi tentang penjelasan mengenai teori tentang definisi, etiologi, patofisiologi dan asuhan keperawatan pada pasien dengan herpes simpleks.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari usaha dan kerja keras dari kelompok enam. Dengan kerjasama yang baik akhirnya makalah ini selesai sesuai yang diharapkan. Juga pihak yang terkait lainnya yaitu dosen pembimbing yang memberi arahan pada kami agar dapat terselesaikannya makalah ini dengan baik dan benar. Semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna untuk kami serta memberi pengetahuan luas bagi yang membaca.  Sebagai manusia kami mungkin mempunyai banyak kekurangan termasuk dalam membuat makalah ini. Kritik dan salam kami tunggu untuk lebih sempurnanya makalah ini. Atas perhatian kami ucapkan terima kasih

Penulis


Kelompok VI



DAFTAR ISI






















BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes Genetalis yang disebabkan virus herpes simplex (VHS)dan Herpes Zoster.
Virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain mempunyai karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan dari sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central intranuclear inclusion body eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh fragmen perifer dari kromatin pada tepi membran inti.
Berdasarkan perbedaan imunologi dan klinis, virus herpes simpleks dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu :
1.      Virus herpes simpleks tipe 1 yang menyebabkan infeksi herpes non genital, biasanya pada daerah mulut, meskipun kadang-kadang dapat menyerang daerah genital. Infeksi virus ini biasanya terjadi saat anak-anak dan sebagian besar seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun..
2.      Virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara eksklusif hanya ditemukan pada traktus genitalis dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual.

Herpes adalah salah satu penyakit menular seksual yang paling umum. Diperkirakan bahwa satu dari setiap lima remaja akan terinfeksi oleh penyakit ini. Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita lebih rentan untuk tertular infeksi ini daripada pria. Hal ini akan merusak penyakit alat kelamin atau anus baik laki-laki dan perempuan yang terinfeksi.
Ini adalah penyakit menular yang disebabkan oleh penularan virus yang disebut Herpes Simplex Virus (HSV). Virus ini akan ditularkan selama hubungan intim atau selama kontak antara kedua alat kelamin pria dan wanita. Genital herpes membuktikan bahwa penyakit ini terutama mulut mempengaruhi organ dan alat kelamin HSV 1 mempengaruhi bibir berupa lepuh dan luka dingin, sedangkan HSV 2 menginfeksi alat kelamin manusia.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Jelaskan definisi Herpes Simpleks ?
2.      Jelaskan etiologi  Herpes Simpleks?
3.      Jelaskan patofisiologi Herpes Simpleks ?
4.      Jelaskan pathways Herpes Simpleks ?
5.      Jelaskan  tanda dan gejala Herpes Simpleks ?
6.      Jelaskan klasifikasi Herpes Simpleks ?
7.      Jelaskan pemeriksaan diagnostik Herpes Simpleks ?
8.      Jelaskan penatalaksanaan medis Herpes Simpleks ?
9.      Jelaskan pencegahaan medis Herpes Simpleks ?
10.  Jelaskan  komplikasi Herpes Simpleks ?
11.  Jelaskan asuhan keperawatan Herpes Simpleks ?

1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami penjabaran tentang penyakit Herpes Simpleks
1.3.2        Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan gejala, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, serta komplikasi dari penyakit Herpes Simpleks.

1.4  Manfaat
1.      Megetahui definisi Herpes Simpleks
2.      Megetahui etiologi  Herpes Simpleks
3.      Megetahui jelaskan patofisiologi Herpes Simpleks
4.      Mengetahui pathways Herpes Simpleks
5.      Megetahui  tanda dan gejala Herpes Simpleks
6.      Mengetahui klasifikasi Herpes Simpleks
7.      Megetahui pemeriksaan diagnostik Herpes Simpleks
8.      Mengetahui penatalaksanaan medis Herpes Simpleks
9.      Megetahui pencegahan Herpes Simpleks
10.  Megetahui  komplikasi Herpes Simpleks
11.  Mengetahui asuhan keperawatan Herpes Simpleks
































BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1  Definisi
Herpes simpleks merupakan suatu virus DNA, hanya menjangkiti manusia saja dan tersebar hampir merata di dunia (Ardnt, 1984).
Herpes simplex adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens (Duanda, Adhi, dkk., 1993).
Herpes simpleks penyakit infeksi karena hubungan seksual dengan penyebab herpes simpleks tipe II (Manuaba, 1999).
Herpes simpleks adalah infeksi akut oleh virus herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai adanya vesikel berkelompok di atas kulit yang eritematosa derah mukokutan. Dapat berlangsung primer maupun rekurens. Herpes simpleks disebut juga fever blaster, cold score, herpes febrilis, herpes labialis, herpes progenitalis (genitalis). (Mansjoer, Arif, dkk., 1999).
Herpes simpleks adalah infeksi herpes simpleks virus yang umumnya menjangkiti daerah kulit bagian luar (mukokutan), kebanyakan setempat atau lokal dan setelah infeksi awal dapat berkembang menjadi laten dengan rekurensi berulang. (www.gsk-indonesia.com).
Herpes simplex adalah infeksi akut oleh virus Herpes Simplex (virus Herpes Hominis) tipe I dan tipe IIyang ditandai dengan vesikel  berkelompok diatas kulit yang eritematosa di daerah mukokutan. Dapat berlangsung primer maupun rekurens. Herpes simplex disebut juga fever blister, cold score, herpes febrilis, herpes labialis, herpes progenitalis(genitalis)
Infeksi herpes simpleks ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan kecil di kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri. Ciri-ciri Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan, yang berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan. Bintil-bintil ini biasanya muncul di daerah muco-cutaneous, atau daerah dimana kulit bertemu dengan lapisan membrane mukosa. Di wajah, daerah ini berlokasi di pertemuan bibir dengan kulit wajah. Para penderita herpes simplex biasanya merasakan adanya perasaan geli di daerah tersebut sebelum munculnya bintil-bintil tadi.
Virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain mempunyai karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan dari sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central intranuclear inclusion body eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh fragmen perifer dari kromatin pada tepi membran inti.
Dalam herpes simplek dibedakan menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan imunologis dan klinisnya yaitu (Bobak, 2004)
1.      Virus herpes simpleks tipe I
Merupakan infeksi yang paling benyak ditemukan pada masa kanak-kanak. Biasanya ditransmisi melalui kontak sekresi oral dan menyebabkan cold sores dan fever blisters.
2.      Virus herpes simpleks tipe 2
Biasanya terjadi setelah puber seiring aktivitas sexual meningkat. Dan di transmisikan terutama melalui kontak dengan sekresi genetalia.

2.2  Etiologi
Penyebab Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks:
1.      Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)
            Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis. Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian kecil melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan atau memakai baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu, dapat juga dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitusoro genital (oral sex).
2.      Virus Herpes Simpleks Tipe II (HSV II)
Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik. Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksualorogenital.

2.3  Patofisiologi
      Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes simpleks tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui cara selain kontak langsung kecil kemungkinannya terjadi. Virus herpes simpleks memiliki kemampuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan membran sel. Pada infeksi aktif primer, virus menginvasi sel pejamu dan cepat berkembang dengan biak, menghancurkan sel pejamu dan melepaskan lebih banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada infeksi aktif primer, virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional dan menyebabkan limfadenopati.
      Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal timbul fase laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam sel-sel sensorik yang mempersarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi di dalam ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada manusia.















2.4  Pathway

Factor pencetus reaktivasi :                 Etiologi Herpes Simpleks :      Transmisi/penularan melalui
-          Panas badan (demam)             HerpesVirus Hominis (HVH)/            Kontak langsungdengan
-          ISPA                                       HerpesSimplek Virus (HSV)  individu yangterkena virus
-          Gangguan GIT (saluran cerna)                                                            melalui permukaan kulit dan
-          Trauma local                                                                            mukosadalam sekresi oral,
-          Paparan sinar matahari                                                                        genital
 

                                                                 Herpes Simpleks             
  Virus masuk melalui permukaan kulit  dan secret genital    
                                           Masuk ke sel epitelmukosa/permukaan kulit
                                                                     Melebur dalammembran sel
Terjadi Replikasi di dalam sel
Menghasilkan banyak Virion
Virion masuk ke dalam intisel neuron
dan ganglia sensoris dan menginfeksi
Gangguan citra tubuh b.d perubahan ,sekunder akibat penyakit herpes simpleks

Sel melepas virus
barusebelum selnya mati
Timbul Vesikula danUlkus
Demam, myalgia,malaise
Resiko penularan infeksi  b.d pemajanan kontak (kontak langsung , tdk langsung dan kontak droplet)
Nyeri akut b.d inflamasi jaringan

 




2.5  Tanda dan Gejala
Secara umum gejala klinik infeksi virus herpes simpleks dapat dibagi dalam 2 bentuk yaitu :
1.      Infeksi primer yang biasanya disertai gejala ( simtomatik ) meskipun dapat pula tanpa gejala ( asimtomatik ). Keadaan tanpa gejala kemungkinan karena adanya imunitas tertentu dari antibodi yang bereaksi silang dan diperoleh setelah menderita infeksi tipe 1 saat anak-anak. Masa inkubasi yang khas selama 3 – 6 hari ( masa inkubasi terpendek yang pernah ditemukan 48 jam ) yang diikuti dengan erupsi papuler dengan rasa gatal, atau pegal-pegal yang kemudian menjadi nyeri dan pembentukan vesikel dengan lesi vulva dan perineum yang multipel dan dapat menyatu. Adenopati inguinalis yang bisa menjadi sangat parah. Gejala sistemik mirip influenza yang bersifat sepintas sering ditemukan dan mungkin disebabkan oleh viremia. Vesikel yang terbentuk pada perineum dan vulva mudah terkena trauma dan dapat terjadi ulserasi serta terjangkit infeksi sekunder. Lesi pada vulva cenderung menimbulkan nyeri yang hebat dan dapat mengakibatkan disabilitas yang berat. Retensi urin dapat terjadi karena rasa nyeri yang ditimbulkan ketika buang air kecil atau terkenanya nervus sakralis. Dalam waktu 2 – 4 minggu, semua keluhan dan gejala infeksi akan menghilang tetapi dapat kambuh lagi karena terjadinya reaktivasi virus dari ganglion saraf. Kelainan pada serviks sering ditemukan pada infeksi primer dan dapat memperlihatkan inflamasi serta ulserasi atau tidak menimbulkan gejala klinis.

2.      Infeksi rekuren. Setelah infeksi mukokutaneus yang primer, pertikel-partikel virus akan menyerang sejumlah ganglion saraf yang berhubungan dan menimbulkan infeksi laten yang berlangsung lama. Infeksi laten dimana partikel-partikel virus terdapat dalam ganglion saraf secara berkala akan terputus oleh reaktivasi virus yang disebut infeksi rekuren yang mengakibatkan infeksi yang asimtomatik secara klinis ( pelepasan virus ) dengan atau tanpa lesi yang simtomatik. Lesi ini umumnya tidak banyak, tidak begitu nyeri serta melepaskan virus untuk periode waktu yang lebih singkat (2 – 5 hari) dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi primer, dan secara khas akan timbul lagi pada lokasi yang sama. Walaupun sering terlihat pada infeksi primer, infeksi serviks tidak begitu sering terjadi pada infeksi yang rekuren.


3.      Infeksi primer pada ibu dapat menular pada janin, meskipun jarang, melalui plasenta atau lewat korioamnion yang utuh dan dapat menyebabkan abortus spontan, prematuritas, ataupun kelainan kongenital dengan gejala mirip infeksi pada sitomegalovirus seperti mikrosefali, korioretinitis, IUGR. Janin hampir selalu terinfeksi oleh virus yang dilepaskan dari serviks atau traktus genitalis bawah setelah ketuban pecah atau saat bayi dilahirkan. Infeksi herpes pada bayi baru lahir mempunyai salah satu dari ketiga bentuk berikut ini :
1        Disseminata ( 70 % ), menyerang berbagai organ penting seperti otak, paru. Hepar, adrenal, dan lain-lain dengan kematian lebih dari 50 % yang disebabkan DIC atau pneumonitis, dan yang berhasil hidup sering menderita kerusakan otak. Sebagian besar bayi yang terserang bayi prematur.
2        Lokalisata ( 15 % ) dengan gejala pada mata, kulit dan otak dengan kematian lebih rendah dibanding bentuk disseminata, tetapi bila tidak diobati 75 % akan menyebar dan menjadi bentuk disseminata yang fatal. Bentuk ini sering berakhir dengan kebutaan dan 30 % disertai kelainan neurologis.
3        Asimtomatik hanya terjadi pada sebagian kecil penderita herpes neonatal.

1.      Inokulasi kompleks primer (primary inoculation complex)
            Infeksi primer herpes simpleks pada penderita usia muda yang baru pertama kali terinfeksi virus ini dapat menyebabkan reaksi lokal dan sistemik yang hebat. Manifestasinya dapat berupa herpes labialis. Dalam waktu 24 jam saja, penderita sudah mengalami panas tinggi (39-40oC), disusul oleh pembesaran kelenjar limfe submentalis, pembengkakan bibir, dan lekositosis di atas 12.000/mm3, yang 75-80%nya berupa sel polimorfonuklear. Terakhir, bentuk ini diikuti rasa sakit pada tenggorokan. Insidens tertinggi terjadi pada usia antara 1-5 tahun. Waktu inkubasinya 3-10 hari. Kelainan akan sembuh spontan setelah 2-6 minggu.

2.      Herpes gingivostomatitis
        Kebanyakan bentuk ini terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda. Manifestasi klinis berupa panas tinggi, limfadenopati regionaldan malaise. Lesi berupa vesikel yang memecah dan terlihat sebagai bercak putih atau ulkus. Kelainan ini dapat meluas ke mukosa bukal, lidah, dan tonsil, sehingga mengakibatkan rasa sakit, bau nafas yang busuk, dan penurunan nafsu makan. Pada anak-anak dapat terjadi dehidrasi dan asidosis. Kelainan ini berlangsung antara 2-4 minggu.

3.      Infeksi herpes kompleks di seminata
            Bentuk herpes ini terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 3 tahun, dimulai dengan herpes gingivostomatitis berat. Jenis ini dapat mengenai paru-paru dan menimbulkan viremia masif, yang berakibat gastroenteritis disfungsi ginjal dan kelenjar adrenal, serta ensefalitis. Kematian banyak terjadi pada stadium viremia yang berat.

4.      Herpes genitalis (proge nitalis)
          Infeksi primer terjadi setelah melalui masa tunas 3-5 hari. Penularan dapat melalui hubungan seksual secara genito-genital, orogenital, maupun anogenital. Erupsinya juga berupa vesikel tunggal atau menggerombol, bilateral, pada dasar kulit yang eritematus, kemudian berkonfluensi, memecah, membentuk erosi atau ulkus yang dangkal disertai rasa nyeri. 31% penderita mengalami gejala konstitusi berupa demam, malaise, mialgia, dan sakit kepala; dan 50% mengalami limfadenopati inguinal.


2.6  Klasifikasi
      Sebagian besar orang yang terkena penyakit herpes terlambat mengetahui jika dirinya terinfeksi bahkan tidak sadar dapat menyebarkannya. Penularan penyakit herpes melalui Infeksi herpes simpleks ditularkan dari orang ke orang melalui hubungan langsung dengan daerah tubuh yang terinfeksi. Proses penularan bisa saja terjadi meski tak ada luka pada penderita penyakit herpes yang terbuka.
Penggolongan penyakit herpes didasarkan atas jenis virus yang menginfeksi yaitu herpes simpleks dan herpes zoster.
*      Herpes simpleks terbagi 2 , yaitu virus herpes simpleks tipe I (HSV-I) dan herpes simpleks virus tipe II (HSV-II). Herpes yang mengenai daerah mulut dan sekitarnya adalah HSV-I (Herpes Labialis) sedangkan Herpes yang menginfeksi kulit didaerah vagina merupakan HSV-II (Herpes Genitalis) yang penularannya melalui hubungan seksual yang menimbulkan , gatal-gatal dan nyeri di daerah genital, dengan kulit dan selaput lendir yang menjadi merah.
*      Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster, yaitu virus yang juga menyebabkan cacar air. Gejalanya khas, yaitu timbul gelembung-gelembung kecil, biasanya di daerah punggung, hanya pada satu sisi, dan meliputi daerah persyarafan tertentu. Gelembung – gelembung ini terasa nyeri dan dapat pecah sehingga mudah timbul infeksi oleh bakteri. Penyakit ini bukan penyakit kelamin, dan dapat sembuh sempurna Penyakit Herpes yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namun belakangan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga dapat menyebabkan infeksi pada kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan seks. Penyakit Herpes genitalis berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif disaat melahirkan maka dianjurkan melahirkan dengan bedah caesar. Orang dengan herpes simpleks aktif sebaiknya sangat hati-hati waktu berhubungan seks agar menghindari infeksi HIV. Orang dengan HIV dan herpes simpleks bersama juga sebaiknya sangat hati-hati waktu terjangkit herpes aktif. Pada waktu itu, viral load HIV-nya biasanya lebih tinggi, dan hal ini dapat meningkatkan kemungkinan HIV ditularkan pada orang lain.

2.7  Pemeriksaan Diagnostik
1.      Pemeriksaan serologi (STS) dan pemeriksaan dengan mikroskop lapang gelap untuk menyampingkan sifilis.
2.      Pemeriksaan Laboratorium lain:
©  Menemukan badan inklusi pada sediaan apus cairan vesikel yang dicat dengan giemsa (Tzank Test). Atau dilakukan pemeriksaan sitologi sesudah fiksasi dengan alcohol dan pengecetan Papanicolaou digunakan sebagai cara yang cepat untuk mendiagnosis eksaserbasi klinis, dan sediaan apus yang diambil memperlihatkan lesi dengan sel-sel multinucleus yang besar dan badan inklusi virus yang eosinofilik. Metode ini dibatasi oleh spesifisitas dan sensitivitasnya. Namun, teknik pengecatan imunoperoksidase dan pemeriksaan ELISA (enzyme-linked immudosorbent assay) pernah dievaluasi bahwa pembuatan diagnosis lebih cepat dari sediaan apus, tetapi teknik ini tidak banyak dipakai selama kehamilan.
©  Elektromikroskop: untuk melihat morfologi virus
©  Serologi: menentukan jenis antibibodi spesifik
©  Pemeriksaan immunofluoresen:  menentukan antigen virus dan jenis imunoglobulinnya dengan hasil Ig G maupun komplemen c3 mengendap disepanjang zona membran basalis
©  Pemeriksaan histopatologi
©  Biakan virus pada membran chorio alantois ( CAM ) atau tissue culture. Metode ini merupakan cara yang paling optimal untuk memastikan infeksi yang terlihat secara klinis dan eksaserbasi yang asimtomatik. Dan pada eksaserbasi yang simtomatik lebih dari separuh pemeriksaan kultur akan memberikan hasil yang positif setelah 48 jam, namun pada eksaserbasi yang asimtomatik, diperlukan waktu yang lebih lama lagi sebelum terlihat efek sitopatik mengingat titer virus yang lebih rendah.

2.8  Penatalaksanaan Medis
1.      Mencegah infeksi:
©  Penyuluhan
©  Meningkatkan kebersihan perawatan bayi terutama untuk infeksi herpes orolabial dan mata.
©  Untuk infeksi genital tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang beresiko tinggi.
©  Untuk wanita lain, pada ibu dengan infeksi primer dianjurkan untuk tidak hamil pada 1 sampai 2 bulan pertama.
©  Pemeriksaan sitologi teratur pada wanita hamil dengan infeksi herpes simpleks terutama menjelang persalinan.
©  Dilakukan operasi SC bila ditemukan lesi aktif maupun pelepasan virus.
©  Imunisasi
·         Secara aktif non spesifik
Diberikan vaksinasi dengan vaksin small pox, polio sabin dan BCG. Tidak dianjurkan karena tidak terjadi imunitas silang.
·         Secara aktif spesifik
Vaksin mengandung antigen herpes simpleks yang telah di inaktifkan dengan pemanasan 58 derajat celcius yang diperoleh dari CMA. Ada 2 macam vaksin:
1)      Lupidon H: untuk herpes labialis (HSV tipe 1)
2)      Lupidon G: untuk herpes genetalis (HSV tipe 2)
Vaksin ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil dan penderita yang alergi dengan Lupidon G, dapat diberikan kimbinasi Lupidon H dan lupidon G.
·         Imunisasi secara pasif
Pemberian gamma-globulin dan interferon
·         Stimulator imunologi:levamisol
Bersifat antiviral pada kulur jaringan dan hewan stimulasi CMI bisa memberikan efek toksis

2.      Mencegah kekambuhan
*      Menghilangkan atau mengurangi faktor pencetus dengan memberikan pengarahan serta mengobati infeksi.
*      Meningkatkan daya tahan tubuh penderita dengan perbaikan kondisi tubuh maupun obat-obat anti virus seperti valaciclovir dan acyclovir.
*      Bila terdapat infeksi sekunder sebaiknya diberikan obat-obat yang tidak memberikan masking effect terhadap sifilis, misalnya cotrimoksasol dan streptomisin.

3.      Pengobatan
*      Secara topikal
Obat-obat yang sering dipakai:
1.      Povidon-iodin
ü  Antiseptik
ü  Hati-hati pada wanita hamil karena bisa menimbulkan goiter (gondok) pada bayi.
2.      Idoksuridin ( IDU )
ü  Bersifat menekan sintesis DNA virus dan herpes, jadi menghambat replikasi virus
ü  IDU 10-40% dalam DMSO (dimetil sulfoksida) lebih baik, tapi jangan lebih dari empat hari karena DMSO dapat menimbulkan maserasi.
ü  Tidak dapat diberikan secara sistemik karena bersifat toksis
ü  HERPID adalah 5% IDU dalam100% DMSO

3.      Sitosin arabinosida/cytarabine
ü  Menekan sintesis DNA virus dan hospes
4.      Adenin arabinosida/vidarabine
ü  Menekankan sintesis DNA hospes dan polimerasi DNA virus
5.      Bahan-bahan pelarut organis
ü  Alkohol 70%: bersifat mengeringkan, untuk stadium vesikel
 Eter:
o   Melarutkan lipid envelope sehingga partikel virus didapatkan ekstra sel
o   Bersifat krustasi lokal
o   Sebelum vesikel dipecahkan dan kemudian dioleskan
o   Kurang menyebabkan iritasi dan bersifat anestesi lokal
Timol 4% dalam kloroform
o   mempercepat krustasi
o   bersifat anestesi lokal dan mencegah infeksi sekunder
o   virusidal terhadap virus yang envelope nya mengandung lipid
6.      Kortikosteroid (prednison 40-60 mg/hari
ü  Anti inflamasi lokal tidak spesifik
ü  Mempercepat redanya peradangan
ü  Dapat diberikan pada staduim dini dengan edema yang hebat dalam bentuk lotio hydrocortison 1%
7.      Inaktifasi fotodinamik dan larutan zat warna seperti methylen blue, neutral red atau flavine
ü  Zat warna mengikat virus DNA dan dengan penyinaran akan merusak dan menginaktivasi virus
ü  Secara sistemik
1.      Pemberian obat antiviral
ü  vidarabine/ara A: pemberian secara I.V terutama untuk penyembuhan komlikasi seperti herpetic enchepalitis
ü   acycloguanosine: spesifik untuk kelompok virus herpes, tinggi efektifitasnya untuk corneal ulcus
2.      Lignocain 1-2% dalam bentuk gel untuk menghilangkan rasa nyeri pada daerah lesi
1.8  Pencegahan
            Karena kemungkinan tertular penyakit ini meningkat dengan jumlah pasangan seksual seseorang, membatasi jumlah pasangan adalah langkah pertama menuju pencegahan. Untuk menjaga dari penyebaran herpes, kontak intim harus dihindari ketika luka pada tubuh. Gatal, terbakar atau kesemutan mungkin terjadi sebelum luka berkembang. Hubungan seksual harus dihindari selama waktu ini. Herpes bahkan dapat menyebar ketika tidak ada luka atau gejala. Untuk meminimalkan risiko penyebaran herpes, kondom lateks harus digunakan selama semua kontak seksual. Busa spermisida dan jeli mungkin menawarkan perlindungan tambahan meskipun bukti mengenai hal ini kontroversial. Virus herpes juga dapat menyebar dengan menyentuh luka dan kemudian menyentuh bagian lain dari tubuh. Jika Anda menyentuh luka, cuci tangan Anda dengan sabun dan air sesegera mungkin. Juga, tidak berbagi handuk atau pakaian dengan siapa pun.

1.9  Komplikasi
            Komplikasi yang paling signifikan dari HSV adalah ensefalitis, meupakan kasus fatal sekitar 60-80%. HSV dapat muncul sebagai penyakit menular seperti pneumonia, colitis, atau esofagitis pada pasien AIDS. Infeksi primer atau rekuren selama hamil dapat menimbulkan infeksi congenital janin dan bayi baru lahir. Komplikasi dapat berupa infeksi lokal sampai dengan kelainan dan kadang meninggal.
            Komplikasi herpes simpleks genitalis dapat berupa perluasan lesi lokal dan penyebaran virus ke lokasi ekstragenital, susunan saraf pusat dan bahkan bisa juga terjadi superinfeksi jamur. Pada pria dapat terjadi impotensia. Infeksi menyeluruh bisa terjadi pada toraks dan ekstremitas, penyebaran mukokutan pada pasien dengan dermatitis atopik atau kehamilan.








BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian
1.      Pengumpulan Data
1.      Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan lain-lain.
2.      Keluhan Utama
Keluhan sangat tergantung dari dimana tumor tersebut tumbuh.Keluhan utama pasien SJL daerah ekstremitas tersering adalah benjolan yang umumnya tidak nyeri dan sering dikeluhkan muncul setelah terjadi trauma didaerah tersebut.
3.      Riwayat Penyakit Sekarang
Perlu ditanyakan kapan terjadi dan bagaimana sifat pertumbuhannya, keluhan yang berhubungan dengan infiltrasi dan penekanan terhadap jaringan sekitar, dan ketuhan yang berhubungan dengan metastasis jauh.
4.      Riwayat Penyakit Dahulu
Ditanyakan riwayat kesehatan klien, tertama untuk penyakit – penyakit yang dapat memperberat kondisinya saat ini, misalnya memiliki DM. Dapatkan juga informasi sejak mulai kapan dan bagaimana riwayat pengobatannya.
5.      Riwayat Penyakit Keluarga
Ditanyakan apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama ataupun menderita tumor atau kanker jenis yang lain. Ditanyakan juga penyakit – penyakit menular dan menurun yang diderita oleh keluarga yang lain seperti hipertensi, DM, Gangguan Jantung, Astma, TBC, dll.
6.      Kebutuhan psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian mukaatau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri. Hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri,penampilan peran, atau identitas diri.
Reaksi yang mungkin timbul adalah:
·         Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
·         Menarik diri dari kontak sosial. 
·         Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.
7.      Kebiasaan sehari-hari
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalamigangguan, terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi gangguan BABdan BAK pada herpes simpleks genitalis. Penyakit ini sering diderita olehklien yang mempunyai kebiasaan menggunakan alat-alat pribadi secarabersama-sama atau klien yang mempunyai kebiasaan melakukan hubunganseksual dengan berganti ganti pasangan.


2.      Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dandaya tahan tubuh klien. Pada kondisi awal/saat proses peradangan,dapat terjadipeningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain.
ü  Pada pengkajian kulit,ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksisekunder.
ü  Perhatikan mukosa mulut, hidung, dan penglihatan klien. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagianglans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus.
ü  Sedangkan pada wanita,daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora dan minora, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas,warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanyapembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limferegional.
ü  Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individuterhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku.
ü  Secara fisiologis,terjadi diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatanpernapasan, dan peningkatan tekanan darah; pada perilaku, dapat jugadijumpai menangis, merintih, atau marah.Lakukan pengukuran nyeri denganmenggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa.
ü  Untuk anak-anak, pilihskala yang sesuai dengan usia perkembangannya kita bisa menggunakan skalawajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan

1.      Pemeriksaan status generalis untuk menilai keadaan umum penderita dan tanda-tanda metastasis pada paru, hati dan tulang.
2.      Pemeriksaan status lokalis meliputi:
a.       Tumor primer:
·         Lokasi tumor
·         Ukuran tumor
·         Batas tumor, tegas atau tidak
·         Konsistensi dan mobilitas
·         Tanda-tanda infiltrasi, sehingga perlu diperiksa fungsi motorik/sensorik dan tanda-tanda bendungan pembuluh darah, obstruksi usus, dan lain-lain sesuai dengan lokasi lesi.

b.      Metastasis regional:
Perlu diperiksa ada atau tidaknya pembesaran kelenjar getah bening regional.

3.      Pengkajian Fungsional
            Pengkajian selanjutnya adalah untuk mengkaji kebutuhan klien dapat menggunakan dasar kebutuhan manusia berdsarkan Henderson atau dengan adaptasi dari Calista Roy.

3.2  Diagnosa Keperawatan

1.      Nyeri b.d. kerusakan integritas kulit dan inflamasi jaringan
2.      Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, skunder akibat penyakit herpes simpleks
3.      Risiko penularan infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung, tidak langsung)

3.3  Intervensi Keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas kulit dan proses inflamasi
Kriteria hasil :
ü  Klien mengungkapkan nyeri berkurang
ü  Menunjukkan mekanisme koping  spesifik untuk nyeri dan metode untuk mengontrol nyeri secara benar
Rencana keperawatan :
1.      Pantau bintik- bintik kemerahan pada pasien
2.      Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
3.      Kolaborasi pemberian analgetik ( asam mefenamat)
4.      Kolaborasi pemberian asiklovir
Rasional :
1.      Dengan memantau bintik – bintik kemerahan pada pasien, maka perawat dapat mengetahui tingkat perkembangan kesembuhan pasien.
2.      Dengan menciptakan lingkungam yang tenang dan nyaman, maka pasien akan dapat beristirahat dengan tenang.
3.      Dengan melakukan kolaborasi dengan pemberian analgetik ( asam mefenamat) akan dapat mengurangi tingkat nyeri pasien.
4.      Dengan melakukan kolaboraaasi dengan pemberian asiklovir, maka akan dapat menyembuhkan penyakit pasien

2.      Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakitherpes simpleks
Kriteria hasil :
ü  Klien mengatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilannya
ü  Menunjukkan keinginan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri.
ü  Melakukan pola-pola penanggulangan yang baru
Rencana keperawatan:
1.      Ciptakan hubungan saling percaya antara klien-perawat.
2.      Dorong klien untuk menyatakan perasaannya , terutama tentang cara ia merasakan , berpikir, atau memandang dirinya.
3.      Hindari mengkritik
4.      Tingkatkan interaksi sosial.
5.      Dorong klien untuk melakukan aktivitas
6.      Beri kesempatan klien untuk berbagi pengalaman dengan orang lain. 
Rasional :
1.      Menjamin bahwa pasien tidak akan sendiri dan terlantarka, menunjukkan rasa menghargai dan menerima ,membantu meningkatkan rasa percya diri.
2.      Dapat mengurangi ansietas dan ketidakmampuan pasien untuk menerima realita
3.      Membantu pasien untuk merasa diterimah pada kondisi yang sekarang
4.      Memungkinkan agar tidak terjadi rasa frustrasi
5.      Membantu pasien dan keluarga untuk merasa menerima dengan keadaaan sekarang tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan perasaaan harga diri dan kontrol
6.      Memberikan penentraman hati lebih lanjut dan kesempatan bagi pasien untuk memecahkan masalah

3.      Risiko penularan infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung,tidak langsung , kontak droplet).
Kriteria hasil :
ü  Klien menyebutkan perlunya isolasi sampai ia tidak lagi menularkaninfeksi.
ü  Klien dapat menjelaskan cara penularan penyakit.
Rencana keperawatan:
1.      Jelaskan tentang penyakit herpes simpleks, penyebab, cara penularan, danakibat yang ditimbulkan.
2.      Anjurkan klien untuk menghentikan kagiatan hubungan seksual selamasakit dan jika perlu menggunakan kondom.
3.      Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan kegiatan seksual dengansatu orang (satu sama lain setia) dan pasangan yang tidak terinfeksi(hubungan seks yang sehat)
Rasional :
1.      Memberikan pengetahuan dasar di man pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
2.      Mengurangi penularan penyakit ; meningkatkan kesehatan pada masa berkurangnya kemampuan sistem imun
3.      Mengurangi  kesalahan konsepsi dan meningkatkan keamanan bagi pasien / orang lain.




3.4  Implementasi
Adalah mengelola dan mewujudkan rencana perawatan meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan ketentuan didalam rumah sakit.
3.5  Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, evaluasi merupakan kegiatan yang disengaja dan terus menerus yang melibatkan klien, perawat dan tim kesehatan lain. Evaluasi juga hanya menunjukkan masalah mana yang telah dipecahkan yang perlu dikaji ulang rencana kembali dilaksanakan dan rencana evaluasi kembali.























BAB IV
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
Herpes simplex adalah infeksi akut oleh virus Herpes Simplex (virus Herpes Hominis) tipe I dan tipe IIyang ditandai dengan vesikel berkelompok diatas kulit yang eritematosa di daerah mukokutan. Ciri-ciri Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan, yang berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan.
Virus herpes simpleks menyebar melalui kontak tubuh secara langsung dan sebagian besar dengan kontak seksual. Gejala herpes adalah Area yang terinfeksi biasanya berwarna kemerahan, dan menjadi sensitif, setelah itu timbul bintik-bintik merah. Jumlahnya bervariasi

3.2  Saran
            Perawat ataupun mahasiswa keperawatan harus banyak membaca dan memperbanyak referensi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang Herpes Simpleks.














DAFTAR PUSTAKA


Bobak, dkk (2004). Buku ajar keperawatan maternitas.. Edisi 4. Jakarta: EGC
Cunningham, F. Gray. (1995). Obstetrics Williams. Edisi 18. Jakarta: EGC
Daili, S. F dan Wresti I B. M. (2002). Infeksi virus herpes. Jakarta: FKUI
Edge, Valine & Miller Mindi (1991). Women;s health care Missouri Mosby
FKUI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius. Hal:151-152
Rassner, 1995. Buku Ajar Dan Atlas Dermatologi. Jakarta. EGC. Hal:42-43
Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta.
Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta
Smeitzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth.
EGC: Jakarta








2 komentar:

  1. Mas aku eka adk tingkat kamu, aku minta file ini ya mas buat tugas bu doni, tapi saya belum jelas sama patway ya mas. jelasin :) makasih

    BalasHapus
  2. Iya dek Eka, disitu sudah jels kok runtutan pathwaynya. Kalau masih bingung bisa ketemu langsung ajaaa ....

    BalasHapus