ASUHAN
KEPERAWATAN HERPES SIMPLEKS
DISUSUN OLEH :
1.
Nur
Rahmat R ( 201202039 )
2.
Andriani
Norrita S (
201202004 )
3.
Riske
Dwi H. ( 201202048
)
4.
Febriansyah
M. P. (
201202018 )
5.
Beuty
Joanita P. (
201202010 )
6.
Yoga
Ridho F. ( 201202059
)
7. Renzy Avionita (
201202044 )
PRODI
SI KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI
HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya dan juga sholawat serta salam atas
junjungan nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW sehingga kami dari kelompok enam dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berjudul ’’ ASUHAN
KEPERAWATAN HERPES SIMPLEKS ’’ sesuai dengan petunjuk yang
diberikan oleh dosen. Alhamdullilah atas usaha keras kami makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berisi tentang penjelasan
mengenai teori tentang definisi,
etiologi, patofisiologi dan asuhan keperawatan pada pasien dengan herpes
simpleks.
Selesainya makalah ini
tidak terlepas dari usaha dan kerja keras dari kelompok enam. Dengan kerjasama yang baik
akhirnya makalah ini selesai sesuai yang diharapkan. Juga pihak yang terkait
lainnya yaitu dosen pembimbing yang memberi arahan pada kami agar dapat
terselesaikannya makalah ini dengan baik dan benar. Semoga makalah yang
sederhana ini dapat berguna untuk kami serta memberi pengetahuan luas bagi yang
membaca. Sebagai manusia kami mungkin
mempunyai banyak kekurangan termasuk dalam membuat makalah ini. Kritik dan
salam kami tunggu untuk lebih sempurnanya makalah ini. Atas perhatian kami
ucapkan terima kasih
Penulis
Kelompok
VI
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Penyakit Cacar
atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah penyakit radang
kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara
berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes
Genetalis yang disebabkan virus herpes simplex (VHS)dan Herpes Zoster.
Virus herpes
simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain mempunyai
karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear
inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan
dari sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central
intranuclear inclusion body eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh
fragmen perifer dari kromatin pada tepi membran inti.
Berdasarkan
perbedaan imunologi dan klinis, virus herpes simpleks dapat dibedakan menjadi
dua tipe yaitu :
1.
Virus herpes simpleks tipe 1 yang
menyebabkan infeksi herpes non genital, biasanya pada daerah mulut, meskipun
kadang-kadang dapat menyerang daerah genital. Infeksi virus ini biasanya
terjadi saat anak-anak dan sebagian besar seropositif telah didapat pada waktu
umur 7 tahun..
2.
Virus herpes simpleks tipe 2
hampir secara eksklusif hanya ditemukan pada traktus genitalis dan sebagian
besar ditularkan lewat kontak seksual.
Herpes
adalah salah satu penyakit menular seksual yang paling umum. Diperkirakan bahwa
satu dari setiap lima remaja akan terinfeksi oleh penyakit ini. Penelitian
telah menunjukkan bahwa wanita lebih rentan untuk tertular infeksi ini daripada
pria. Hal ini akan merusak penyakit alat kelamin atau anus baik laki-laki dan
perempuan yang terinfeksi.
Ini
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh penularan virus yang disebut
Herpes Simplex Virus (HSV). Virus ini akan ditularkan selama hubungan intim
atau selama kontak antara kedua alat kelamin pria dan wanita. Genital herpes
membuktikan bahwa penyakit ini terutama mulut mempengaruhi organ dan alat
kelamin HSV 1 mempengaruhi bibir berupa lepuh dan luka dingin, sedangkan HSV 2
menginfeksi alat kelamin manusia.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Jelaskan
definisi Herpes Simpleks
?
2.
Jelaskan etiologi Herpes Simpleks?
3.
Jelaskan
patofisiologi Herpes Simpleks
?
4.
Jelaskan
pathways Herpes Simpleks
?
5.
Jelaskan tanda dan gejala Herpes Simpleks ?
6.
Jelaskan klasifikasi Herpes Simpleks ?
7.
Jelaskan
pemeriksaan
diagnostik Herpes Simpleks ?
8.
Jelaskan
penatalaksanaan
medis Herpes Simpleks
?
9.
Jelaskan
pencegahaan
medis Herpes Simpleks
?
10. Jelaskan komplikasi Herpes Simpleks
?
11. Jelaskan asuhan
keperawatan Herpes Simpleks ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami penjabaran tentang penyakit
Herpes Simpleks
1.3.2
Tujuan Khusus
Mahasiswa
mampu menjelaskan pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan gejala,
patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, serta
komplikasi dari penyakit Herpes Simpleks.
1.4 Manfaat
1. Megetahui definisi Herpes Simpleks
2. Megetahui etiologi Herpes Simpleks
3. Megetahui jelaskan patofisiologi Herpes Simpleks
4. Mengetahui
pathways Herpes Simpleks
5. Megetahui tanda dan gejala Herpes Simpleks
6. Mengetahui
klasifikasi Herpes Simpleks
7. Megetahui pemeriksaan
diagnostik
Herpes Simpleks
8. Mengetahui
penatalaksanaan medis
Herpes Simpleks
9. Megetahui pencegahan Herpes Simpleks
10. Megetahui komplikasi Herpes Simpleks
11. Mengetahui
asuhan keperawatan Herpes Simpleks
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi
Herpes simpleks merupakan suatu virus DNA, hanya
menjangkiti manusia saja dan tersebar hampir merata di dunia (Ardnt, 1984).
Herpes simplex adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai
oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa
pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer
maupun rekurens (Duanda, Adhi, dkk., 1993).
Herpes simpleks penyakit infeksi karena hubungan seksual
dengan penyebab herpes simpleks tipe II (Manuaba, 1999).
Herpes simpleks adalah infeksi akut oleh virus herpes
simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai adanya
vesikel berkelompok di atas kulit yang eritematosa derah mukokutan. Dapat
berlangsung primer maupun rekurens. Herpes simpleks disebut juga fever blaster,
cold score, herpes febrilis, herpes labialis, herpes progenitalis (genitalis).
(Mansjoer, Arif, dkk., 1999).
Herpes simpleks adalah infeksi herpes simpleks virus yang
umumnya menjangkiti daerah kulit bagian luar (mukokutan), kebanyakan setempat
atau lokal dan setelah infeksi awal dapat berkembang menjadi laten dengan
rekurensi berulang. (www.gsk-indonesia.com).
Herpes simplex
adalah infeksi akut oleh virus Herpes Simplex (virus Herpes Hominis) tipe I dan
tipe IIyang ditandai dengan vesikel
berkelompok diatas kulit yang eritematosa di daerah mukokutan. Dapat
berlangsung primer maupun rekurens. Herpes simplex disebut juga fever blister,
cold score, herpes febrilis, herpes labialis, herpes progenitalis(genitalis)
Infeksi herpes
simpleks ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan kecil di kulit
atau selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri. Ciri-ciri Herpes
simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan, yang
berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan. Bintil-bintil ini
biasanya muncul di daerah muco-cutaneous, atau daerah dimana kulit bertemu
dengan lapisan membrane mukosa. Di wajah, daerah ini berlokasi di pertemuan
bibir dengan kulit wajah. Para penderita herpes simplex biasanya merasakan
adanya perasaan geli di daerah tersebut sebelum munculnya bintil-bintil tadi.
Virus herpes
simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain mempunyai
karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear
inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan
dari sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central
intranuclear inclusion body eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh
fragmen perifer dari kromatin pada tepi membran inti.
Dalam
herpes simplek dibedakan menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan imunologis dan
klinisnya yaitu (Bobak, 2004)
1.
Virus herpes simpleks tipe I
Merupakan
infeksi yang paling benyak ditemukan pada masa kanak-kanak. Biasanya
ditransmisi melalui kontak sekresi oral dan menyebabkan cold sores dan fever
blisters.
2.
Virus herpes simpleks tipe 2
Biasanya
terjadi setelah puber seiring aktivitas sexual meningkat. Dan di transmisikan
terutama melalui kontak dengan sekresi genetalia.
2.2 Etiologi
Penyebab
Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe
virus herpes simpleks:
1. Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)
Penyakit kulit/selaput
lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis. Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak
melalui udara dan sebagian kecil melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan atau memakai baju/handuk mandi
bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu, dapat
juga dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitusoro
genital (oral sex).
2.
Virus Herpes Simpleks Tipe II
(HSV II)
Penyakit
ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi
tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik. Lokalisasi
lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama daerah genitalia lesi
ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksualorogenital.
2.3 Patofisiologi
Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes
simpleks tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran
infeksi melalui cara selain kontak
langsung kecil kemungkinannya terjadi. Virus herpes simpleks memiliki kemampuan
untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan membran sel. Pada
infeksi aktif primer, virus menginvasi sel pejamu dan cepat berkembang dengan
biak, menghancurkan sel pejamu dan melepaskan lebih banyak virion
untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada infeksi aktif primer, virus
menyebar melalui saluran limfe ke
kelenjar limfe regional dan
menyebabkan limfadenopati.
Tubuh
melakukan respon imun seluler dan humoral
yang menahan infeksi tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif.
Setelah infeksi awal timbul fase laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam
sel-sel sensorik yang mempersarafi
daerah yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi di dalam ganglion radiksdorsalis
tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada
manusia.
2.4 Pathway
Factor pencetus
reaktivasi : Etiologi Herpes Simpleks : Transmisi/penularan melalui
-
Panas badan (demam) HerpesVirus
Hominis (HVH)/ Kontak
langsungdengan
-
ISPA HerpesSimplek
Virus (HSV) individu
yangterkena virus
-
Gangguan
GIT (saluran cerna) melalui permukaan
kulit dan
-
Trauma local mukosadalam
sekresi oral,
-
Paparan sinar matahari genital
Herpes Simpleks
Virus masuk melalui permukaan kulit
dan secret genital
Masuk
ke sel epitelmukosa/permukaan kulit
Melebur dalammembran sel
Terjadi Replikasi di dalam sel
Menghasilkan banyak Virion
Virion
masuk ke dalam intisel neuron
dan ganglia sensoris dan menginfeksi
|
Gangguan citra
tubuh b.d perubahan ,sekunder akibat penyakit herpes simpleks
|
barusebelum selnya mati
Timbul Vesikula danUlkus
Demam,
myalgia,malaise
|
Resiko penularan
infeksi b.d pemajanan kontak (kontak
langsung , tdk langsung dan kontak droplet)
|
|
Nyeri akut b.d inflamasi jaringan
|
2.5 Tanda
dan Gejala
Secara umum gejala klinik infeksi virus herpes simpleks dapat dibagi
dalam 2 bentuk yaitu :
1. Infeksi primer yang biasanya disertai gejala (
simtomatik ) meskipun dapat pula tanpa gejala ( asimtomatik ). Keadaan tanpa
gejala kemungkinan karena adanya imunitas tertentu dari antibodi yang bereaksi
silang dan diperoleh setelah menderita infeksi tipe 1 saat anak-anak. Masa
inkubasi yang khas selama 3 – 6 hari ( masa inkubasi terpendek yang pernah
ditemukan 48 jam ) yang diikuti dengan erupsi papuler dengan rasa gatal, atau
pegal-pegal yang kemudian menjadi nyeri dan pembentukan vesikel dengan lesi
vulva dan perineum yang multipel dan dapat menyatu. Adenopati inguinalis yang
bisa menjadi sangat parah. Gejala sistemik mirip influenza yang bersifat
sepintas sering ditemukan dan mungkin disebabkan oleh viremia. Vesikel yang
terbentuk pada perineum dan vulva mudah terkena trauma dan dapat terjadi
ulserasi serta terjangkit infeksi sekunder. Lesi pada vulva cenderung
menimbulkan nyeri yang hebat dan dapat mengakibatkan disabilitas yang berat.
Retensi urin dapat terjadi karena rasa nyeri yang ditimbulkan ketika buang air
kecil atau terkenanya nervus sakralis. Dalam waktu 2 – 4 minggu, semua keluhan
dan gejala infeksi akan menghilang tetapi dapat kambuh lagi karena terjadinya
reaktivasi virus dari ganglion saraf. Kelainan pada serviks sering ditemukan
pada infeksi primer dan dapat memperlihatkan inflamasi serta ulserasi atau
tidak menimbulkan gejala klinis.
2. Infeksi rekuren. Setelah infeksi mukokutaneus
yang primer, pertikel-partikel virus akan menyerang sejumlah ganglion saraf
yang berhubungan dan menimbulkan infeksi laten yang berlangsung lama. Infeksi
laten dimana partikel-partikel virus terdapat dalam ganglion saraf secara
berkala akan terputus oleh reaktivasi virus yang disebut infeksi rekuren yang
mengakibatkan infeksi yang asimtomatik secara klinis ( pelepasan virus ) dengan
atau tanpa lesi yang simtomatik. Lesi ini umumnya tidak banyak, tidak begitu
nyeri serta melepaskan virus untuk periode waktu yang lebih singkat (2 – 5
hari) dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi primer, dan secara khas
akan timbul lagi pada lokasi yang sama. Walaupun sering terlihat pada infeksi
primer, infeksi serviks tidak begitu sering terjadi pada infeksi yang rekuren.
3. Infeksi primer pada ibu dapat menular pada
janin, meskipun jarang, melalui plasenta atau lewat korioamnion yang utuh dan
dapat menyebabkan abortus spontan, prematuritas, ataupun kelainan kongenital
dengan gejala mirip infeksi pada sitomegalovirus
seperti mikrosefali,
korioretinitis, IUGR. Janin hampir selalu terinfeksi oleh virus yang dilepaskan
dari serviks atau traktus genitalis bawah setelah ketuban pecah atau saat bayi
dilahirkan. Infeksi herpes pada bayi baru lahir mempunyai salah satu dari
ketiga bentuk berikut ini :
1
Disseminata ( 70 % ), menyerang berbagai organ penting seperti otak, paru. Hepar,
adrenal, dan lain-lain dengan kematian lebih dari 50 % yang disebabkan DIC atau
pneumonitis, dan yang berhasil hidup sering menderita kerusakan otak. Sebagian
besar bayi yang terserang bayi prematur.
2
Lokalisata ( 15 % ) dengan gejala pada mata, kulit dan otak dengan kematian lebih
rendah dibanding bentuk disseminata, tetapi bila tidak diobati 75 % akan
menyebar dan menjadi bentuk disseminata yang fatal. Bentuk ini sering berakhir
dengan kebutaan dan 30 % disertai kelainan neurologis.
3
Asimtomatik hanya terjadi pada sebagian kecil penderita herpes neonatal.
1. Inokulasi kompleks primer
(primary inoculation complex)
Infeksi primer herpes simpleks pada penderita usia muda yang baru pertama
kali terinfeksi virus ini dapat menyebabkan reaksi lokal dan sistemik yang hebat.
Manifestasinya dapat berupa herpes labialis. Dalam waktu 24 jam saja, penderita
sudah mengalami panas tinggi (39-40oC), disusul oleh
pembesaran kelenjar limfe submentalis,
pembengkakan bibir, dan lekositosis
di atas 12.000/mm3, yang 75-80%nya
berupa sel polimorfonuklear. Terakhir, bentuk ini diikuti rasa sakit
pada tenggorokan. Insidens
tertinggi terjadi pada usia antara 1-5 tahun. Waktu inkubasinya 3-10 hari.
Kelainan akan sembuh spontan setelah
2-6 minggu.
2. Herpes gingivostomatitis
Kebanyakan bentuk ini terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda.
Manifestasi klinis berupa panas tinggi, limfadenopati regionaldan malaise. Lesi berupa
vesikel yang memecah dan terlihat sebagai bercak putih atau ulkus. Kelainan ini
dapat meluas ke mukosa bukal, lidah, dan tonsil,
sehingga mengakibatkan rasa sakit, bau nafas yang busuk, dan penurunan nafsu
makan. Pada anak-anak dapat terjadi dehidrasi dan asidosis. Kelainan ini berlangsung antara 2-4 minggu.
3. Infeksi herpes kompleks di seminata
Bentuk herpes ini terjadi pada
anak-anak usia 6 bulan sampai 3 tahun, dimulai dengan herpes gingivostomatitis berat. Jenis ini dapat mengenai paru-paru dan menimbulkan
viremia masif, yang berakibat gastroenteritis disfungsi ginjal dan kelenjar adrenal,
serta ensefalitis. Kematian banyak
terjadi pada stadium viremia yang berat.
4. Herpes genitalis (proge nitalis)
Infeksi primer terjadi setelah melalui masa tunas 3-5 hari. Penularan dapat
melalui hubungan seksual secara genito-genital, orogenital, maupun anogenital. Erupsinya juga berupa vesikel tunggal
atau menggerombol, bilateral, pada dasar kulit yang eritematus,
kemudian berkonfluensi, memecah,
membentuk erosi atau ulkus yang
dangkal disertai rasa nyeri. 31% penderita mengalami gejala konstitusi berupa demam, malaise, mialgia, dan sakit
kepala; dan 50% mengalami limfadenopati
inguinal.
2.6 Klasifikasi
Sebagian besar orang yang terkena penyakit herpes terlambat mengetahui jika
dirinya terinfeksi bahkan tidak sadar dapat menyebarkannya. Penularan penyakit
herpes melalui Infeksi herpes simpleks ditularkan dari orang ke orang melalui
hubungan langsung dengan daerah tubuh yang terinfeksi. Proses penularan bisa
saja terjadi meski tak ada luka pada penderita penyakit herpes yang terbuka.
Penggolongan penyakit herpes didasarkan atas jenis virus yang menginfeksi
yaitu herpes simpleks dan herpes zoster.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1.
Pemeriksaan serologi (STS) dan
pemeriksaan dengan mikroskop lapang gelap untuk menyampingkan sifilis.
2.
Pemeriksaan Laboratorium lain:
©
Menemukan badan inklusi pada sediaan
apus cairan vesikel yang dicat dengan giemsa (Tzank Test). Atau dilakukan
pemeriksaan sitologi sesudah fiksasi dengan alcohol dan pengecetan Papanicolaou
digunakan sebagai cara yang cepat untuk mendiagnosis eksaserbasi klinis, dan
sediaan apus yang diambil memperlihatkan lesi dengan sel-sel multinucleus yang
besar dan badan inklusi virus yang eosinofilik. Metode ini dibatasi oleh
spesifisitas dan sensitivitasnya. Namun, teknik pengecatan imunoperoksidase dan
pemeriksaan ELISA (enzyme-linked immudosorbent assay) pernah dievaluasi bahwa
pembuatan diagnosis lebih cepat dari sediaan apus, tetapi teknik ini tidak
banyak dipakai selama kehamilan.
©
Elektromikroskop: untuk melihat
morfologi virus
©
Serologi: menentukan jenis antibibodi
spesifik
©
Pemeriksaan immunofluoresen: menentukan antigen virus dan jenis
imunoglobulinnya dengan hasil Ig G maupun komplemen c3 mengendap disepanjang
zona membran basalis
©
Pemeriksaan histopatologi
©
Biakan virus pada membran chorio
alantois ( CAM ) atau tissue culture. Metode ini merupakan cara yang paling
optimal untuk memastikan infeksi yang terlihat secara klinis dan eksaserbasi
yang asimtomatik. Dan pada eksaserbasi yang simtomatik lebih dari separuh
pemeriksaan kultur akan memberikan hasil yang positif setelah 48 jam, namun
pada eksaserbasi yang asimtomatik, diperlukan waktu yang lebih lama lagi sebelum
terlihat efek sitopatik mengingat titer virus yang lebih rendah.
2.8 Penatalaksanaan Medis
1.
Mencegah
infeksi:
© Penyuluhan
© Meningkatkan
kebersihan perawatan bayi terutama untuk infeksi herpes orolabial dan mata.
© Untuk
infeksi genital tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang beresiko
tinggi.
© Untuk wanita
lain, pada ibu dengan infeksi primer dianjurkan untuk tidak hamil pada 1 sampai
2 bulan pertama.
© Pemeriksaan
sitologi teratur pada wanita hamil dengan infeksi herpes simpleks terutama menjelang
persalinan.
© Dilakukan operasi SC bila ditemukan lesi aktif maupun pelepasan virus.
© Imunisasi
·
Secara aktif
non spesifik
Diberikan vaksinasi dengan vaksin small pox, polio sabin dan BCG. Tidak
dianjurkan karena tidak terjadi imunitas silang.
·
Secara aktif
spesifik
Vaksin mengandung antigen herpes simpleks yang telah di inaktifkan dengan
pemanasan 58 derajat celcius yang diperoleh dari CMA. Ada 2 macam vaksin:
1)
Lupidon H:
untuk herpes labialis (HSV tipe 1)
2)
Lupidon G:
untuk herpes genetalis (HSV tipe 2)
Vaksin ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil dan penderita yang
alergi dengan Lupidon G, dapat diberikan kimbinasi Lupidon H dan lupidon G.
·
Imunisasi
secara pasif
Pemberian gamma-globulin dan interferon
·
Stimulator
imunologi:levamisol
Bersifat antiviral pada kulur jaringan dan hewan stimulasi CMI bisa
memberikan efek toksis
2.
Mencegah kekambuhan
3.
Pengobatan
Obat-obat yang sering dipakai:
1.
Povidon-iodin
ü Antiseptik
ü Hati-hati pada wanita hamil karena bisa menimbulkan goiter (gondok) pada
bayi.
2.
Idoksuridin (
IDU )
ü Bersifat menekan sintesis DNA virus dan herpes, jadi menghambat replikasi
virus
ü IDU 10-40% dalam DMSO (dimetil sulfoksida) lebih baik, tapi jangan lebih
dari empat hari karena DMSO dapat menimbulkan maserasi.
ü Tidak dapat diberikan secara sistemik karena bersifat toksis
ü HERPID adalah 5% IDU dalam100% DMSO
3.
Sitosin
arabinosida/cytarabine
ü Menekan sintesis DNA virus dan hospes
4.
Adenin
arabinosida/vidarabine
ü Menekankan sintesis DNA hospes dan polimerasi DNA virus
5.
Bahan-bahan
pelarut organis
ü Alkohol 70%: bersifat mengeringkan, untuk stadium vesikel
Eter:
o Melarutkan lipid envelope sehingga partikel virus didapatkan ekstra sel
o Bersifat krustasi lokal
o Sebelum vesikel dipecahkan dan kemudian dioleskan
o Kurang menyebabkan iritasi dan bersifat anestesi lokal
Timol 4% dalam kloroform
o mempercepat krustasi
o bersifat anestesi lokal dan mencegah infeksi sekunder
o virusidal terhadap virus yang envelope nya mengandung lipid
6.
Kortikosteroid
(prednison 40-60 mg/hari
ü
Anti inflamasi
lokal tidak spesifik
ü
Mempercepat
redanya peradangan
ü
Dapat diberikan
pada staduim dini dengan edema yang hebat dalam bentuk lotio hydrocortison 1%
7.
Inaktifasi
fotodinamik dan larutan zat warna seperti methylen blue, neutral red atau
flavine
ü
Zat warna
mengikat virus DNA dan dengan penyinaran akan merusak dan menginaktivasi virus
ü
Secara sistemik
1.
Pemberian obat antiviral
ü
vidarabine/ara
A: pemberian secara I.V terutama untuk penyembuhan komlikasi seperti herpetic
enchepalitis
ü
acycloguanosine:
spesifik untuk kelompok virus herpes, tinggi efektifitasnya untuk corneal ulcus
2.
Lignocain 1-2%
dalam bentuk gel untuk menghilangkan rasa nyeri pada daerah lesi
1.8 Pencegahan
Karena
kemungkinan tertular penyakit ini meningkat dengan jumlah pasangan seksual
seseorang, membatasi jumlah pasangan adalah langkah pertama menuju pencegahan.
Untuk menjaga dari penyebaran herpes, kontak intim harus dihindari ketika luka
pada tubuh. Gatal, terbakar atau kesemutan mungkin terjadi sebelum luka
berkembang. Hubungan seksual harus dihindari selama waktu ini. Herpes bahkan
dapat menyebar ketika tidak ada luka atau gejala. Untuk meminimalkan risiko
penyebaran herpes, kondom lateks harus digunakan selama semua kontak seksual.
Busa spermisida dan jeli mungkin menawarkan perlindungan tambahan meskipun
bukti mengenai hal ini kontroversial. Virus herpes juga dapat menyebar dengan
menyentuh luka dan kemudian menyentuh bagian lain dari tubuh. Jika Anda
menyentuh luka, cuci tangan Anda dengan sabun dan air sesegera mungkin. Juga,
tidak berbagi handuk atau pakaian dengan siapa pun.
1.9 Komplikasi
Komplikasi yang paling
signifikan dari HSV adalah ensefalitis, meupakan kasus fatal sekitar 60-80%.
HSV dapat muncul sebagai penyakit menular seperti pneumonia, colitis, atau
esofagitis pada pasien AIDS. Infeksi primer atau rekuren selama hamil dapat
menimbulkan infeksi congenital janin dan bayi baru lahir. Komplikasi dapat
berupa infeksi lokal sampai dengan kelainan dan kadang meninggal.
Komplikasi
herpes simpleks genitalis dapat berupa perluasan
lesi lokal dan penyebaran virus ke lokasi ekstragenital,
susunan saraf pusat dan bahkan bisa juga
terjadi superinfeksi jamur. Pada pria dapat terjadi impotensia. Infeksi menyeluruh bisa terjadi pada
toraks dan ekstremitas, penyebaran mukokutan pada pasien dengan dermatitis atopik atau kehamilan.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1.
Pengumpulan Data
1.
Identitas
pasien
Nama,
umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan
lain-lain.
2.
Keluhan
Utama
Keluhan sangat tergantung dari
dimana tumor tersebut tumbuh.Keluhan utama pasien SJL daerah ekstremitas
tersering adalah benjolan yang umumnya tidak nyeri dan sering dikeluhkan muncul
setelah terjadi trauma didaerah tersebut.
3.
Riwayat
Penyakit Sekarang
Perlu ditanyakan kapan terjadi dan
bagaimana sifat pertumbuhannya, keluhan yang berhubungan dengan infiltrasi dan
penekanan terhadap jaringan sekitar, dan ketuhan yang berhubungan dengan
metastasis jauh.
4.
Riwayat
Penyakit Dahulu
Ditanyakan riwayat kesehatan klien,
tertama untuk penyakit – penyakit yang dapat memperberat kondisinya saat ini,
misalnya memiliki DM. Dapatkan juga informasi sejak mulai kapan dan bagaimana
riwayat pengobatannya.
5.
Riwayat
Penyakit Keluarga
Ditanyakan apakah ada keluarga yang
memiliki penyakit yang sama ataupun menderita tumor atau kanker jenis yang
lain. Ditanyakan juga penyakit – penyakit menular dan menurun yang diderita
oleh keluarga yang lain seperti hipertensi, DM, Gangguan Jantung, Astma, TBC,
dll.
6.
Kebutuhan
psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian
mukaatau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep
diri. Hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri,
harga diri,penampilan peran, atau identitas diri.
Reaksi yang mungkin timbul adalah:
·
Menolak untuk
menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
·
Menarik diri
dari kontak sosial.
·
Kemampuan untuk
mengurus diri berkurang.
7.
Kebiasaan
sehari-hari
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat
mengalamigangguan, terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi
gangguan BABdan BAK pada herpes simpleks genitalis. Penyakit ini sering
diderita olehklien yang mempunyai kebiasaan menggunakan alat-alat pribadi
secarabersama-sama atau klien yang mempunyai kebiasaan melakukan
hubunganseksual dengan berganti ganti pasangan.
2. Pemeriksaan
Fisik
Keadaan umum
klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dandaya tahan tubuh klien.
Pada kondisi awal/saat proses peradangan,dapat terjadipeningkatan suhu tubuh
atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain.
ü
Pada pengkajian
kulit,ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,edema di
sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksisekunder.
ü
Perhatikan
mukosa mulut, hidung, dan penglihatan klien. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan
adalah bagianglans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus.
ü
Sedangkan pada
wanita,daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora dan minora, klitoris,
introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran /
luas,warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa
adanyapembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar
limferegional.
ü
Untuk
mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individuterhadap nyeri akut
secara fisiologis atau melalui respon perilaku.
ü
Secara
fisiologis,terjadi diaphoresis, peningkatan denyut jantung,
peningkatanpernapasan, dan peningkatan tekanan darah; pada perilaku, dapat
jugadijumpai menangis, merintih, atau marah.Lakukan pengukuran nyeri
denganmenggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa.
ü
Untuk
anak-anak, pilihskala yang sesuai dengan usia perkembangannya kita bisa
menggunakan skalawajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam
pemilihan
1.
Pemeriksaan
status generalis untuk menilai keadaan umum penderita dan tanda-tanda
metastasis pada paru, hati dan tulang.
2.
Pemeriksaan
status lokalis meliputi:
a.
Tumor
primer:
·
Lokasi
tumor
·
Ukuran
tumor
·
Batas
tumor, tegas atau tidak
·
Konsistensi
dan mobilitas
·
Tanda-tanda
infiltrasi, sehingga perlu diperiksa fungsi motorik/sensorik dan tanda-tanda
bendungan pembuluh darah, obstruksi usus, dan lain-lain sesuai dengan lokasi
lesi.
b.
Metastasis
regional:
Perlu diperiksa ada atau tidaknya
pembesaran kelenjar getah bening regional.
3. Pengkajian
Fungsional
Pengkajian selanjutnya adalah untuk mengkaji kebutuhan klien dapat menggunakan
dasar kebutuhan manusia berdsarkan Henderson atau dengan adaptasi dari Calista
Roy.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri b.d.
kerusakan integritas kulit dan inflamasi jaringan
2.
Gangguan citra
tubuh b.d perubahan penampilan, skunder akibat penyakit herpes simpleks
3.
Risiko
penularan infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung, tidak
langsung)
3.3 Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas kulit dan proses inflamasi
Kriteria hasil
:
ü Klien mengungkapkan nyeri berkurang
ü Menunjukkan mekanisme koping
spesifik untuk nyeri dan metode untuk mengontrol nyeri secara benar
Rencana keperawatan :
1.
Pantau bintik-
bintik kemerahan pada pasien
2.
Ciptakan
lingkungan yang tenang dan nyaman
3.
Kolaborasi
pemberian analgetik ( asam mefenamat)
4.
Kolaborasi
pemberian asiklovir
Rasional :
1.
Dengan memantau
bintik – bintik kemerahan pada pasien, maka perawat dapat mengetahui tingkat
perkembangan kesembuhan pasien.
2.
Dengan
menciptakan lingkungam yang tenang dan nyaman, maka pasien akan dapat
beristirahat dengan tenang.
3.
Dengan
melakukan kolaborasi dengan pemberian analgetik ( asam mefenamat) akan dapat
mengurangi tingkat nyeri pasien.
4.
Dengan
melakukan kolaboraaasi dengan pemberian asiklovir, maka akan dapat menyembuhkan
penyakit pasien
2.
Gangguan citra tubuh b.d
perubahan penampilan, sekunder akibat penyakitherpes simpleks
Kriteria hasil :
ü Klien
mengatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilannya
ü Menunjukkan
keinginan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri.
ü Melakukan
pola-pola penanggulangan yang baru
Rencana keperawatan:
1.
Ciptakan hubungan saling percaya
antara klien-perawat.
2.
Dorong klien untuk menyatakan
perasaannya , terutama tentang cara ia merasakan , berpikir, atau memandang
dirinya.
3.
Hindari mengkritik
4.
Tingkatkan interaksi sosial.
5.
Dorong klien untuk melakukan
aktivitas
6.
Beri kesempatan klien untuk
berbagi pengalaman dengan orang lain.
Rasional :
1.
Menjamin bahwa pasien tidak akan
sendiri dan terlantarka, menunjukkan rasa menghargai dan menerima ,membantu
meningkatkan rasa percya diri.
2.
Dapat mengurangi ansietas dan
ketidakmampuan pasien untuk menerima realita
3.
Membantu pasien untuk merasa
diterimah pada kondisi yang sekarang
4.
Memungkinkan agar tidak terjadi
rasa frustrasi
5.
Membantu pasien dan keluarga
untuk merasa menerima dengan keadaaan sekarang tanpa perasaan dihakimi dan
meningkatkan perasaaan harga diri dan kontrol
6.
Memberikan penentraman hati lebih
lanjut dan kesempatan bagi pasien untuk memecahkan masalah
3.
Risiko penularan infeksi b.d
pemajanan melalui kontak (kontak langsung,tidak langsung , kontak droplet).
Kriteria hasil :
ü
Klien menyebutkan perlunya
isolasi sampai ia tidak lagi menularkaninfeksi.
ü
Klien dapat menjelaskan cara
penularan penyakit.
Rencana keperawatan:
1.
Jelaskan tentang penyakit herpes
simpleks, penyebab, cara penularan, danakibat yang ditimbulkan.
2.
Anjurkan klien untuk menghentikan
kagiatan hubungan seksual selamasakit dan jika perlu menggunakan kondom.
3.
Beri penjelasan tentang
pentingnya melakukan kegiatan seksual dengansatu orang (satu sama lain setia)
dan pasangan yang tidak terinfeksi(hubungan seks yang sehat)
Rasional :
1.
Memberikan pengetahuan dasar di
man pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
2.
Mengurangi penularan penyakit ;
meningkatkan kesehatan pada masa berkurangnya kemampuan sistem imun
3.
Mengurangi kesalahan konsepsi dan meningkatkan keamanan
bagi pasien / orang lain.
3.4 Implementasi
Adalah mengelola dan mewujudkan rencana perawatan
meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter
dan ketentuan didalam rumah sakit.
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir
dalam proses keperawatan, evaluasi merupakan kegiatan yang disengaja dan terus
menerus yang melibatkan klien, perawat dan tim kesehatan lain. Evaluasi juga
hanya menunjukkan masalah mana yang telah dipecahkan yang perlu dikaji ulang
rencana kembali dilaksanakan dan rencana evaluasi kembali.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Herpes simplex
adalah infeksi akut oleh virus Herpes Simplex (virus Herpes Hominis) tipe I dan
tipe IIyang ditandai dengan vesikel berkelompok diatas kulit yang
eritematosa di daerah mukokutan. Ciri-ciri Herpes
simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan, yang
berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan.
Virus herpes
simpleks menyebar melalui kontak tubuh secara langsung dan sebagian besar
dengan kontak seksual. Gejala herpes adalah Area yang terinfeksi biasanya berwarna
kemerahan, dan menjadi sensitif, setelah itu timbul bintik-bintik merah.
Jumlahnya bervariasi
3.2 Saran
Perawat ataupun mahasiswa
keperawatan harus banyak membaca dan
memperbanyak referensi untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang Herpes Simpleks.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, dkk (2004). Buku ajar keperawatan maternitas.. Edisi 4.
Jakarta: EGC
Cunningham, F. Gray. (1995). Obstetrics Williams. Edisi 18.
Jakarta: EGC
Daili, S. F dan Wresti I B. M.
(2002). Infeksi virus herpes. Jakarta: FKUI
Edge, Valine & Miller Mindi
(1991). Women;s health care Missouri Mosby
FKUI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.
Jakarta. Media Aesculapius. Hal:151-152
Rassner, 1995. Buku Ajar Dan Atlas Dermatologi.
Jakarta. EGC. Hal:42-43
Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit
Kulit. Hipokrates: Jakarta.
Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta
Smeitzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar
Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth.
EGC: Jakarta
Mas aku eka adk tingkat kamu, aku minta file ini ya mas buat tugas bu doni, tapi saya belum jelas sama patway ya mas. jelasin :) makasih
BalasHapusIya dek Eka, disitu sudah jels kok runtutan pathwaynya. Kalau masih bingung bisa ketemu langsung ajaaa ....
BalasHapus